Oleh Reza A.A Wattimena
Salah satu anggota keluarga saya menderita sakit cukup parah. Ia harus menjalani operasi. Setelah itu, ia harus menjalani banyak terapi yang panjang dan sulit. Semua itu memakan waktu, tenaga, emosi dan biaya yang amat besar.
Saya juga baru sembuh sakit. Badan terasa lemas. Leher gatel dan batuk. Di akhir sakit, saya juga salah makan, sehingga mengalami diare cukup parah.
Obat diminum secukupnya. Makanan dijaga. Istirahat juga perlu diperpanjang. Semua ini tetap perlu dilakukan.
Namun, kita juga perlu memiliki cara berpikir yang tepat. Kita perlu sungguh paham, bahwa ada dua macam penyakit manusia. Yang pertama adalah penyakit kronis, yakni penyakit yang lahir dari kelainan fungsi organ, seperti jantung, kanker, diabetes dan tekanan darah tinggi. Yang kedua adalah penyakit infeksi, yakni penyakit karena serangan bakteri ataupun virus dari luar tubuh.
Penyakit kronis terjadi, karena gaya hidup yang kacau. Penyakit infeksi bisa terjadi, karena lemahnya daya tahan tubuh. Ini juga bisa terjadi, karena gaya hidup yang tidak tepat. Gaya hidup tidak sehat itu kurangnya istirahat, banyak tekanan batin dan pola makan yang berantakan.
Kesembuhan terjadi, karena tubuh manusia. Obat hanya mengurangi gejala. Tubuh kita yang menyembuhkan dirinya sendiri. Obat hanya alat bantu semata.
Tubuh kita menyembuhkan dirinya sendiri, ketika ia menyentuh titik netral. Tidak ada stress, baik fisik maupun batin. Keadaan netral ini disebut sebagai homeostasis. Tubuh manusia kembali ke keadaan alamiahnya.
Disinilah Zen bisa membantu. Zen adalah sekumpulan cara untuk kembali pada titik sebelum pikiran. Inilah titik yang merupakan diri asli manusia. Ia berada sebelum pikiran dan emosi muncul. Inilah keadaan batin alamiah, atau homeostasis itu sendiri, tempat kesembuhan terjadi.
Semua tradisi spiritual menunjuk ke titik yang sama. Ada yang menyebutnya kekosongan murni (pure emptiness). Ada yang menyebutnya kesadaran murni (pure awareness). Sesungguhnya, keadaan ini tak punya nama, karena ia terletak sebelum kata.
Di titik ini, segala yang ada menjadi satu disini dan saat ini. Kita menyentuh keabadian. Kita menjadi satu dengan sang pencipta, dan sudah berada di surga. Tak perlu pergi jauh buang-buang uang percuma, ditipu negara licik padang pasir, atau menunggu setelah mati.
Di dalam teori transformasi kesadaran yang saya rumuskan, kesembuhan terjadi di tingkat ketiga sampai kelima. Pada tingkat ketiga, kesadaran menyentuh keluasan semesta. Ego meleleh ke dalam kesatuan dengan segala yang ada. Pada tingkat kelima, manusia menyentuh kekosongan yang merupakan hakekat terdalam dari alam semesta yang tak terbatas.
Prakteknya sederhana: di sini dan saat ini, kita sekedar merasakan. Kita sekedar menyadari. Ada yang menyenangkan, dan ada yang tidak menyenangkan. Semuanya datang bergantian, dan dibawa ke dalam pengalaman sadar seutuhnya, sepenuhnya.
Kita tidak ingin sembuh. Kita juga tidak ingin sakit. Usaha dilakukan. Namun, hasil diserahkan pada proses alamiah tubuh dan batin itu sendiri.
Tubuh pun menyentuh homeostasis. Proses penyembuhan terjadi. Tubuh dan batin dibawa kembali ke keadaan alamiah. Kita pun, secara perlahan namun pasti, menyembuhkan diri kita sendiri, dari dalam, dari sumber kehidupan itu sendiri.