Oleh Reza A.A Wattimena
Politik dalam negeri sedang kisruh. Apa yang terjadi, jika Mahkamah Konstitusi tidak bisa memberikan keadilan yang seutuhnya? Bagaimanapun, hukum adalah alat untuk mewujudkan keadilan. Namun, di Indonesia sekarang ini, hukum jauh dari keadilan, bahkan cenderung digunakan untuk menindas.
Apakah politik kita akan guncang? Apakah Indonesia akan pecah? Apakah masyarakat akan saling membunuh satu sama lain? Apakah akan terjadi perang saudara?
Tidak hanya politik dalam negeri yang memanas. Politik luar negeri pun semakin membara. Ukraina semakin kacau ditekan oleh Russia. Ini mempengaruhi keadaan geopolitik dan ekonomi global secara keseluruhan.
Konflik antara Israel dan Palestina tidak juga menemukan titik terang. Keadaan terburuknya, seluruh dunia bisa terjebak pada perang dunia ketiga. Aktornya adalah negara-negara Islam yang membela Palestina melawan negara-negara lainnya yang membela Zionisme Israel (kembalinya orang Yahudi dari seluruh dunia ke tanah Israel, dan mengusir orang-orang yang sudah tinggal di sana sebelumnya). Dalam perang dunia ini, senjata nuklir, kimia, biologi dan drone pun akan pasti digunakan.
Di tengah keadaan ini, apa yang bisa kita lakukan? Mayoritas kita hidup sederhana dalam keseharian, sekedar berusaha untuk menjadi manusia baik, dan bekerja untuk bertahan hidup dari hari ke hari. Kita bukan pejabat, dan bukan tokoh masyarakat. Bagi kita orang-orang biasa ini, apa yang bisa kita lakukan?
Delapan Hal Kunci
Ada delapan hal yang penting diperhatikan. Pertama, dunia selalu berwarna dan banyak cerita. Ekonomi selalu berubah. Politik selalu gonjang ganjing, baik di dalam maupun di luar negeri. Tidak ada yang baru dalam hal ini. Kita tak perlu terlalu kaget dan takut karenanya.
Dua, keadaan sekarang terkesan lebih berat, karena unsur media sosial yang kuat. Beragam berita tak penting tersebar luas. Banyak diantaranya adalah berita bohong. Akibatnya, banyak orang merasa takut dan cemas, tanpa sebab yang sungguh jelas. Dunia digital menghadirkan kenyataan yang dilebih-lebihkan (hiperealitas).
Tiga, satu fakta yang perlu diperhatikan. Jika dilihat secara kuantitatif, jumlah orang yang toleran, saling menghargai, solider satu sama lain dan siap membantu jauh lebih banyak. Peradaban manusia bisa berkembang, karena orang-orang siap bekerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Ketiga hal ini perlu untuk kita ketahui bersama. Mereka adalah dasar untuk bersikap positif dan optimis dalam hidup. Ketiga hal di atas juga membantu kita untuk tetap waras di tengah jaman yang gila ini. Dengan kesadaran ini, kita berani bertindak.
Empat, di tengah kebusukan yang terjadi, kita perlu untuk menolak membusuk. Kita berani berkata tidak pada korupsi, kolusi dan nepotisme dalam segala bentuknya. Mungkin, kita akan menjadi tidak populer, dan mengalami diskriminasi. Itu harga yang murah untuk dibayar, guna menjaga kejernihan nurani dan cerahnya akal sehat kita sebagai manusia.
Lima, kita perlu juga melakukan transformasi kesadaran. Kita perlu memperluas kesadaran kita menjadi kosmik, yakni seluas semesta itu sendiri. Kita lalu melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas. Kita tidak terjebak pada identitas sosial yang bersifat sempit, relatif dan mencekik ini.
Dengan kesadaran yang meluas, kita menjadi jernih dan damai. Kita menemukan kebahagian di tengah keadaan yang membingungkan. Kita sadar, bahwa aku dan segala hal yang ada adalah satu dan sama. Keterpisahan adalah ilusi yang tidak hanya membuat menderita, tetapi juga berbahaya. Beberapa metode meditasi dan pemahaman bisa membantu disini (cek buku ini: Kesadaran dan Agama). (cek juga link youtube berikut: Transformasi Kesadaran)
Enam, dengan kesadaran yang sudah tinggi dan meluas ini, kita lalu berkarya. Kita bisa mengambil profesi apapun, seturut panggilan dan kemampuan kita. Bekerja tidak lagi hanya soal mencari uang, tetapi soal pengembangan dan ekspresi diri yang seutuhnya. Bekerja memiliki makna sosial, ekonomi sekaligus religius dan spiritual.
Tujuh, bagaimanapun juga, dunia selalu seperti ini. Banyak cerita dan banyak warna. Banyak drama dengan adegan yang mengagetkan sekaligus membingungkan. Namun, sebagai manusia, kita tidak pernah boleh lupa tugas utama kita, yakni mengenali diri sejati kita yang sebenarnya.
Diri sejati ini terletak sebelum pikiran muncul. Ia berada sebelum bahasa, konsep dan teori yang dirumuskan pikiran manusia. Diri sejati ini adalah pengalaman murni di sini dan saat ini tentang dunia sebagaimana adanya. Ada kejernihan, kedamaian dan cinta sejati di dalamnya.
Diri sejati kita sama dan serupa dengan seluruh alam semesta dan semua mahluk yang ada di dalamnya. Ia adalah sumber dari semua pengalaman yang kita jalani dalam hidup. Diri sejati kita, dengan kata lain, adalah Tuhan yang bercokol di dalam diri kita, dan di seluruh alam semesta. Kembali ke diri sejati kita berarti kembali pada keadaan batin, sebelum pikiran, perasaan, bahasa, konsep dan teori muncul. Di sini, kita kembali menyatu dengan Tuhan.
Delapan, saat ke saat, kita hidup dengan arah yang jelas. Kita menolong semua mahluk dari saat ke saat. Itulah arah yang sejati bagi hidup manusia. Saat ke saat, kita berusaha, dan menemukan kejernihan dalam setiap langkah hidup yang kita ambil. Dalam arti ini, kita terus berteriak melawan ketidakadilan, dan mewujudkan keadilan di dalam setiap jengkal hidup kita. Ketika saatnya untuk pergi, kita dengan damai dan bangga melepas tubuh ini kembali ke tanah.
Kenyataan yang Sesungguhnya
Kebingungan, sebenarnya, hanya ada di dalam tingkat pikiran yang dualistik. Kenyataan, pada dasarnya, selalu jernih dan damai. Kenyataan adalah kekosongan maha luas yang tak memiliki batas, serta berada di luar waktu. Kita hanya perlu berhenti berpikir sesaat untuk bisa merasakannya.
===
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/