Oleh Reza A.A Wattimena
Teman lama itu datang. Sudah lama saya tak berjumpa dengannya. Kedatangannya tiba-tiba. Ia membuat saya kaget.
Gejalanya beragam. Dada terasa berat. Saya seperti membawa karung beras 50 kg di dada. Semua aktivitas juga terasa berat dan melelahkan.
Saya kehilangan gairah melakukan apapun. Saya hanya ingin menetap di rumah. Tidak lebih, dan tidak kurang. Teman lama itu hanya ingin datang berkunjung, dan membuat saya tak berdaya.
Apa yang dulu nikmat tidak lagi terasa nikmat. Membaca menjadi hambar. Meditasi menjadi membosankan. Berkendara motor menjadi melelahkan. Semua terasa kering dan tak bermakna.
Kesedihan muncul setiap saat. Kenangan masa lalu yang menyakitkan turut datang. Rasa bahagia seperti jauh dari jangkauan. Yang saya ingin lakukan hanyalah berada di rumah, dan tidak melakukan apapun.
Pemicunya beragam. Kenangan masa lalu yang menikam kuat. Kekecewaan dan kesedihan yang amat sangat. Saya tidak mengundangnya. Mereka hanya datang begitu saja, seperti tamu yang tak diundang.
Saya menyambut teman lama saya itu. Dulu sekali, ia datang. Dulu sekali, saya memusuhinya, dan kami berkonflik. Pada waktu itu, penderitaan yang muncul pun besar sekali.
Kini, saya bersikap lembut padanya. Saya mengakui keberadaannya. Saya menyambut kedatangannya. Ia adalah teman lama, dan bagian tak terpisahkan dari kehidupan saya.
Teman lama saya itu butuh tempat. Ia ingin diakui keberadaannya. Ia ingin diberikan ruang untuk merasa. Seperti kita semua, ia hanya butuh untuk diakui, dan dicintai. Seperti segala hal di alam semesta ini, ia juga bersifat kosong dan sementara.
Teman saya mengajarkan untuk beristirahat. Saya diajarkan untuk melepas semua yang semu dan berubah. Saya diingatkan kembali untuk memeluk apa yang sungguh penting. Ada yang tak berubah dan mendamaikan di dalam diri setiap orang, dan itu adalah yang terpenting.
Teman lama saya itu menyakitkan. Tapi dia adalah guru yang paling bijak. Dia membuat saya sedih, karena kelekatan saya pada hal-hal yang berubah. Dia mengajarkan saya untuk mengampuni, dan melepas segala hal yang sementara.
Apakah anda punya teman semacam itu?