
Oleh Reza A.A Wattimena
Akhir 2024, pemimpin ilegal itu berkata, tolong bersabar. Indonesia masih miskin dan bodoh. Namun, rakyat tetap diminta bersabar. Bersabar di tengah kebobrokan sistem itu sebuah penghinaan yang bisa menyulut api revolusi.
Pemimpin ilegal itu tidak membawa harapan kemajuan. Yah mau bagaimana, dia itu ilegal. Dia menjadi pemimpin dengan cara-cara curang. Seluruh jajaran pemerintahannya pun diisi orang-orang yang licik-culas-curang.
Inilah cerita lama di negeri fufufafa. Kebusukan dipertontonkan oleh penguasa yang tak punya malu. Kejahatan dianggap sebagai sesuatu yang biasa, bahkan dirayakan. Rakyat terus melihat semua ini dengan rasa jijik, dan siap mengobarkan amarah besar.
Memang, budaya korup sungguh mengakar di Indonesia. Korupsi bukan hanya soal mencuri uang rakyat, tetapi juga soal pengrusakan fungsi-fungsi hidup sosial. Guru tak lagi mengajar, melainkan menindas dan mencuci otak. Pemuka agama tidak lagi mencerahkan, melainkan memperbodoh dan memanfaatkan pengikutnya. Inilah korupsi dan budaya korup dalam arti yang sesungguhnya.
Kini, di awal 2025, korupsi itu menjelma menjadi budaya omon-omon. Inilah gejala lama yang terus muncul di masa-masa yang baru. Para pemimpin memberikan janji palsu yang manis kepada rakyat. Namun, tindakannya persis berkebalikan dari apa yang ia katakan: omon-omon.
Di tengah semua ini, satu pertanyaan mengganjal. Apakah kita mesti melakukan revolusi? Ada tujuh hal yang mesti dipertimbangkan. Pertama, kita mesti sungguh mengamati keadaan yang sedang terjadi saat ini. Kemampuan reflektif dan analitis memainkan peranan penting disini.
Dua, revolusi hanya bisa bergerak lewat organisasi. Kita tak memerlukan organisasi massa yang besar. Itu justru menjadi ladang bagi korupsi dan premanisme yang sudah lama menjadi masalah di bangsa ini. Organisasi revolusioner adalah organisasi kecil yang diisi manusia-manusia dengan pandangan kritis, luas dan revolusioner terhadap keadaan sosial politik nyata.
Tiga, revolusi tidak bisa direncanakan. Namun, ketika keadaannya sudah cukup, ia akan meledak, tanpa bisa terhindarkan. Disini pentingnya kemampuan untuk menyelami keadaan sosial politik yang ada. Filsafat, ilmu pengetahuan dan kemampuan berpikir rasional-kritis secara umum sangat diperlukan disini.
Empat, akal sehat perlu berpijak pada kesadaran yang meluas tak terbatas. Disinilah arti penting dari transformasi kesadaran, sebagaimana saya kembangkan di dalam teori transformasi kesadaran. Kesadaran yang semakin meluas akan melihat segala sesuatu sebagai bagian dari diri. Pada titik ini, tak mungkin lagi orang melakukan perbuatan jahat yang merugikan mahluk lain.
Revolusi itu menakutkan, karena ia dekat dengan darah. Sang penindas dan yang tertindas saling membunuh. Keadaan menjadi tak pasti, dan penuh dengan ketakutan. Ini semua bisa dicegah, jika transformasi kesadaran sudah dilakukan. Ini mungkin harapan terlalu yang terlalu tinggi.
Lima, jika empat hal sebelumnya dilakukan, kita sudah terlepas dari penyakit omon-omon. Sebetulnya, omon-omon adalah penipuan. Ia berisi niat jahat untuk menipu orang lain, semata untuk memenuhi kepentingan diri sendiri yang sempit. Pada titik terjauh, pelaku omon-omon tidak lagi bisa membedakan, apa yang benar, dan apa yang bohong. Ia hidup dalam delusi dan halusinasi yang bernuansa kegilaan.
Enam, melepas omon-omon berarti menjadi manusia dengan integritas. Ada kesearahan antara pikiran, perkataan dan perbuatan. Ada kejujuran dalam hidup yang senantiasa coba dipertahankan. Tentu saja, ini tidak bisa mutlak seratus persen. Namun, ada kehendak baik dan usaha nyata yang ditunjukkan untuk mempertahankan integritas.
Tujuh, revolusi anti omon-omon adalah revolusi dengan banyak lapis. Ada banyak yang unsur yang mesti disentuh dan diubah. Ada tranformasi kesadaran yang mesti dijalankan. Pada tingkat politik yang lebih luas, revolusi anti omon-omon bisa menjadi perjuangan bersenjata untuk menghancurkan sistem politik dan ekonomi yang sudah membusuk sampai ke akar.
Bangsa ini sudah lelah dengan omon-omon. Penguasa mengumbar janji dan menipu rakyat, tanpa henti. Sementara, rakyat diracuni agama dan pendidikan bobrok, sehingga tetap bodoh serta miskin. Revolusi anti omon-omon mesti dijalankan. Amarah harus berubah menjadi gerakan sosial politik revolusioner yang membara…
===
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/
