Darimana Manusia-manusia ini Muncul?

Gambar dari Tomasz Alen Kopera

Oleh Reza A.A Wattimena

Awal November 2025, malam itu, Jakarta dingin. Saya tergerak untuk keluar dan menikmati segarnya udara Jakarta tersebut. Saya hendak ke Puncak, Bogor, dengan mengendarai motor. Perjalanan pun, ternyata, penuh warna.

Sepanjang jalan, saya melihat begitu banyak motor dengan suara knalpot menggelegar. Mayoritas berkelompok, dan tak menggunakan helm. Plat nomor juga tidak ada. Kehadiran mereka sungguh membahayakan masyarakat luas.

Saya mau menegur mereka. Jumlah mereka banyak. Kemungkinan besar, mereka mabuk. Jika saya tegur langsung, konflik pasti tak terhindarkan.

Pihak yang berwajib juga tak terlihat. Pengendara liar tersebut mengebut, tanpa ada teguran apapun. Mereka merasa menguasai jalanan. Ini kiranya seperti cerminan Indonesia yang lebih luas: kacau, tanpa aturan.

Ada juga pengendara yang mengendarai satu motor berempat, biasanya bapak, ibu dan dua anaknya. Tentu saja, mereka tak pakai helm. Saya juga cukup yakin, mereka tak memiliki data kendaraan maupun pengemudi yang lengkap. Dan juga tentu saja, pihak yang berwajib tak terlihat untuk menegakkan hukum dan aturan yang ada.

Peradaban yang Membusuk

Memang, sulit untuk menghargai hukum dan aturan sekarang ini. Bagaimana rakyat mau mematuhi hukum dan aturan, jika para penguasanya korup sampai ke akar tulangnya? Ini kiranya dilema terbesar di Indonesia. Hukum dan aturan kehilangan wibawa, sehingga hidup bersama cenderung diwarnai kekacauan.

Indonesia dipimpin oleh rezim gemoy fufafa. Mereka korup dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kita tidak bisa mengharapkan Indonesia berubah ke arah yang lebih baik, selama mereka memimpin. Wajar saja, banyak orang putus asa dengan keadaan Indonesia sekarang ini.

Jadi, darimana manusia-manusia yang membahayakan diri dan masyarakat luas ini muncul? Jawabannya cukup sederhana: mereka lahir dari rahim peradaban yang membusuk. Mereka lahir dan besar di Indonesia. Mereka adalah cerminan langsung kebusukan bangsa ini.

Peradaban, dalam arti ini, adalah kumpulan dan kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan adalah cara hidup manusia yang meliputi cara berpikir, merasa dan bertindak manusia tersebut di dalam suatu ruang maupun waktu tertentu. Indonesia adalah bangsa dengan banyak budaya. Dalam arti ini, Indonesia adalah sebuah peradaban, tepatnya sebuah peradaban yang sedang membusuk.

Pembusukan Multidimensional

Politik Indonesia adalah politik bandit. Orang-orang bodoh dan korup saling menyandera. Mereka bermanuver untuk melindungi diri dan kelompoknya masing-masing. Mereka tak bekerja untuk kemakmuran rakyat, tetapi justru mencuri dari rakyat untuk kenikmatan dangkal mereka sendiri.

Saya menyebutnya sebagai politik eksklusif konservatif (lihat buku: Teori Transformasi Kesadaran Unlimited). Politik ini bermain dengan identitas sempit, terutama agama, dan menciptakan perpecahan di masyarakat. Ia melestarikan kebencian dan korupsi yang ada. Tak heran, di 2025 ini, Indonesia semakin timpang di berbagai bidang, baik dari ekonomi, sosial, politik sampai dengan pendidikan.

Sesungguhnya, pertumbuhan ekonomi tidaklah berguna, jika tak ada pemerataan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hanya dirasakan oleh kaum kaya. Sementara, kaum miskin cenderung terjebak di dalam kemiskinan yang berkepanjangan. Pertumbuhan ekonomi, sesungguhnya, adalah ilusi yang menutupi ketidakadilan struktural yang mencekik Indonesia.

Kebusukan ini ditopang oleh agama kematian dari tanah gersang. Agama ini tersebar begitu luas di seluruh pelosok Indonesia. Ia menyebarkan kebencian, kebodohan dan kemiskinan di seluruh Indonesia. Rezim gemoy fufufafa membiarkan agama kematian ini merusak budaya bangsa, supaya mereka bisa tetap berkuasa dengan cara-cara yang busuk.

Agama kematian yang sama yang merusakan seluruh pendidikan Indonesia. Pemikiran kritis dan kreatif dibungkam. Hafalan dan kepatuhan buta menjadi pola pendidikan yang utama. Perempuan dijajah dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tak heran, semakin hari, mutu manusia Indonesia terus menurun dan membusuk.

Para preman jalanan adalah manusia-manusia yang dicekik kebodohan dan kemiskinan. Mereka lahir dari peradaban Indonesia yang membusuk. Akibatnya, mereka hidup dalam lingkungan yang korup, dan cenderung malas berpikir. Memang, kita semua hidup di jaman edan, dimana orang-orang bodoh dan korup berkuasa, serta berjumlah besar.

Jaman ini pun akan berakhir. Korupsi dan kebodohan pasti akan membunuh pelakunya. Kita hanya perlu bertahan hidup dalam kewarasan, sambil mempersiapkan masa berikutnya yang lebih baik. Sayangnya, tubuh kita mungkin tak akan hidup untuk merasakannya…

Dipublikasikan oleh

avatar Tidak diketahui

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Kesadaran, Agama dan Politik. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023), Zendemik (2024), Teori Politik Progresif Inklusif (2024), Kesadaran, Agama dan Politik (2024) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.