Menjelang Hari Raya Idul Adha pada September 2014, masyarakat DKI Jakarta dihebohkan dengan spanduk-spanduk yang berjajar di banyak trotoar. Spanduk itu berisi larangan berjualan hewan kurban pada jalur hijau, taman kota, trotoar, dan fasilitas umum. Bau khas kambing dan sapi kurban di jalan-jalan Jakarta tak lagi dijumpai tahun itu.
Ternyata tak hanya itu. Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 67 tahun 2014 tentang “Pengendalian, Penampungan, dan Pemotongan Hewan” juga melarang melakukan pemotongan hewan di sekolah-sekolah, masjid, dan rumah-rumah. Pemotongan hewan kurban diarahkan untuk dilakukan hanya di Rumah Pemotongan Hewan (RPH).
Dalam dunia pemikiran Islam, dinamika tafsir tidak pernah berhenti. Selalu muncul tafsir baru yang berkembang sedemikian rupa. Selalu ada elemen-elemen yang tak terpotret oleh tafsir-tafsir yang telah ditulis sebelumnya. Sebagian mungkin sudah ada presedennya di zaman Sahabat Nabi atau ulama-ulama sebelumnya, namun tidak terlalu populer dan tidak menjadi tafsir mainstream.Demikian juga dengan tafsir terhadap pelaksanaan ibadah kurban.
Adalah Shahid Ali Muttaqi, yang menulis artikel agak provokatif, dimuat di animalsinislam.com berjudul “An Islamic Perspective Against Animal Sacrifice.” Muttaqi memulainya dengan mengungkap stereotipe dari Barat tentang dunia Islam. Dalam kaitannya dengan kesejahteraan hewan, menurut Muttaqi, ada kecenderungan Barat menempatkan dunia Islam sebagai ”Barbaric Other,” (Yang Lain yang Barbar), sebuah wilayah terisolasi yang penduduknya kaya akan tahayul dan berada di luar jangkauan nalar dan diskusi intelektual, sehingga membuatnya menjadi padang gurun yang tidak dapat ditembus dan dianggap sebagai wilayah yang hilang selamanya.
Melalui artikelnya, Denny JA menyahuti provokasi Shahid Ali Muttaqi,
Dengan menstimulasi pemaknaan baru terhadap praktik-praktik keagamaan kita yang selama ini telah dianggap mapan. Denny JA memperluas kontekstualisasi ibadah kurban, bahwa saat ini adalah era lahirnya kesadaran yang lebih kuat soal lingkungan hidup dan animal rights. Ini era di mana kedekatan manusia dengan hewan itu semakin kuat dibanding babak sejarah sebelumnya.
Komunitas pencinta hewan juga muncul di mana-mana. Banyak tayangan di media sosial yang menunjukkan bahwa hewan peliharaan tak cuma anjing, seperti digambarkan pada film Hachiko (2009) yang dikutip Denny JA, namun juga kucing, kambing, burung, kelinci, kuda, babi, ayam, harimau. Artinya, kesadaran hewan juga ada di mereka. Rasa sedih, bahagia, juga kesetiaan, terbukti bisa ditunjukkan oleh mereka kepada manusia yang merawatnya.
Buku ini adalah kumpulan tanggapan terhadap lontaran dan provokasi Denny JA. Kami mengumpulkan beberapa penulis pakar dari berbagai perspektif untuk memperkaya diskusi tentang posisi hewan dan pengorbanan hewan di mata manusia, terutama dalam konteks ajaran agama.
Meski konteks awalnya adalah ritus kurban pada Idul Adha, namun diskusi tentang isu ini dimaksudkan untuk juga melihat konteks umum penggunaan hewan sebagai korban dalam tradisi agama-agama, maupun tradisi kultural manusia.
Semoga hadirnya buku ini menstimulasi diskusi dan polemik lanjutan tentang isu penting ini.
Buku silahkan diunduh: BUKU HEWAN DAN RITUS AGAMA
