Berhenti Beriman

Gambar karya Cristina Bernazzani

Oleh Reza A.A Wattimena

Sejak kecil, saya diajar untuk menjadi manusia yang beriman pada ajaran tertentu. Sekolah dan guru mengajarkannya. Orang tua dan masyarakat mengajarkannya. Beriman seolah menjadi tanda, bahwa saya telah menjadi manusia yang baik.

Ini pandangan yang salah kaprah. Beriman berarti mempercayai sesuatu yang kita tak tahu. Beriman juga berarti mempercayai sesuatu yang masih “misteri”. Pada titik terjauh, beriman berarti mempercayai omong kosong, atau delusi yang diciptakan orang lain.

Sesat Beriman

Banyak juga yang beriman, karena terpaksa. Mereka takut akan tekanan dan hukuman sosial, jika tak beriman. Mereka takut akan hukuman neraka khayalan. Mereka juga tergiur oleh hadiah surga khayalan.

Khayalan-khayalan semacam ini amatlah berbahaya. Orang kehilangan akal sehat dan kejernihan nuraninya. Orang tidak memiliki kesempatan untuk belajar kebijaksanaan yang sejati. Karena khayalan sesat semacam ini, orang juga terus diperas secara ekonomi, dan bahkan bersedia membunuh orang lain.

Di berbagai konteks, khayalan-khayalan semacam ini juga menjadi pembenaran untuk kebodohan. Orang bersembunyi di balik kutipan ayat dan ajaran-ajaran usang. Penindasan dan perbudakan dalam segala bentuknya seolah diperbolehkan. Kekerasan seolah menjadi suci, karena dibalut khayalan-khayalan hidup beriman.

Tak jarang juga, di dalam sejarah manusia, perang berkobar, karena memperjuangkan iman. Darah manusia lain, dengan iman yang lain, seolah tak bernilai. Nyawa dipangkas demi kesetiaan pada iman khayal belaka. Bahkan, sampai abad 21 ini, begitu banyak orang yang siap mati di medan perang demi membela imannya.

Berhenti Beriman

Maka, kita perlu berhenti beriman. Kita perlu mengetahui dan mengalami kebenaran langsung. Dengan pengetahuan dan pengalaman nyata, kita tak lagi harus percaya. Kita berhenti mempercayai kebenaran, dan mulai mengalaminya di dalam hidup.

Kita menyentuh “Yang Tak Terbatas”. Kita tenggelam di dalamnya. Konsep dan bahasa runtuh di hadapan pengalaman langsung. Di titik ini, kita tidak lagi memerlukan iman terhadap ajaran apapun.

Kebenaran akan membebaskanmu. Begitulah bunyi pepatah lama yang selalu tepat. Beriman secara buta akan memenjarakan kita di dalam kebodohan dan penindasan. Sudah saatnya, kita berhenti beriman.

Bagaimana cara mengalami kebenaran secara langsung, dan berhenti beriman? Kita kembali ke keadaan batin sebelum pikiran muncul. Ini adalah keadaan batin sebelum konsep dan bahasa muncul. Ada keterbukaan penuh terhadap pengalaman hidup disini dan saat ini.

Kita lalu menjadi kesadaran yang kosong dan tak terbatas. Semua diketahui dan dialami secara langsung, tanpa konsep-konsep yang menganggu. Kebenaran menjadi nyata dan hidup. Bersama dengan persentuhan dengan kebenaran ini, segala bentuk kebingungan, kebencian, kekerasan dan kebodohan pun lenyap…

Dipublikasikan oleh

avatar Tidak diketahui

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Kesadaran, Agama dan Politik. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023), Zendemik (2024), Teori Politik Progresif Inklusif (2024), Kesadaran, Agama dan Politik (2024) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.