Pantulan Bulan di Atas Air

71f11b0cbc2366f2922db6e5bd8d4068Oleh Reza A.A Wattimena

Indahnya malam itu. Hujan baru saja reda. Udara sejuk, dengan hembusan angin segar. Di hadapan saya, sungai jernih dan tenang.

Ia memantulkan bulan dan bintang. Wujudnya begitu nyata. Ia begitu indah. Tak heran, begitu banyak karya sastra dan musik lahir dari keindahan bulan.

Karena indahnya, sang bulan begitu mirip aslinya. Karena gelombang air dari hembusan angin perlahan, ia bahkan terlihat lebih indah dari aslinya. Sang bulan yang memantul di atas air tampak seperti lukisan surealis. Ia nyata, tetapi juga tidak sungguh nyata.

Bintang pun juga. Langit malam itu tak terkotori cahaya kota. Entah mengapa. Kerlipan bintang yang tak terhitung turut terpantul di sungai jernih tepat di depan mata saya.

Keindahan itu bukanlah yang asli. Sang bulan dan bintang hanyalah pantulan. Jika sungai tergerak, pantulan itu pun memudar. Jika terpesona, orang tentu melupakan ini, dan mengiranya sebagai nyata.

Sebenarnya, inilah kenyataan. Apa yang kita sebut kenyataan hanyalah pantulan struktur biologis kesadaran kita. Kenyataan tak sungguh nyata. Sains modern sudah sampai pada kesimpulan yang nyaris tak terbantahkan ini.

Jika kenyataan hanyalah pantulan, bagaimana dengan hidup itu sendiri? Polanya pun serupa. Kehidupan, dengan segala cerita, drama dan kompleksitasnya, juga tak nyata, melainkan sekedar proyeksi batin kita. Orang-orang tercerahkan dari segala jaman, mulai dari Siddharta Gautama sampai Ki Ageng Suryomentaram, pun sampai pada kesimpulan ini di dalam perjalanan mereka.

Maka, tak ada yang layak dikejar dalam hidup ini. Tak ada ambisi yang layak diimpikan. Tak ada visi ataupun mimpi yang layak dikejar setengah mati. Semuanya hanya pantulan kesadaran, tak lebih dan tak kurang.

Tak ada juga yang layak dibenci. Tak ada musuh yang abadi. Tak ada setan yang menghantui. Pun jika terlihat, yang jahat dan setan adalah pantulan batin kita semata.

Di dalam Zen, semua sudah sempurna sebagaimana adanya. Langit mendung. Gerimis datang. Bulan bersembunyi. Saat ke saat, semua sudah sempurna sebagaimana adanya (as it is).

Jati diri kita yang asli adalah satu-satunya yang nyata. Ia berada sebelum pikiran muncul (before thinking). Kesadaran ini memantulkan semuanya sebagaimana adanya. Tak ada yang ditambah, dan tak ada yang dikurangi.

Dari waktu ke waktu, beristirahatlah sejenak pada yang nyata. Ia mungkin tak seindah pantulan bulan di atas air. Ia mungkin tak segemerlap kenyataan ilusif yang ditampilkan panca indera kita. Namun, ada kejernihan, kesembuhan dan ketenangan mendalam di dalam jati diri kita yang asli, yakni di dalam kesadaran murni yang tak pernah lahir, … dan tak pernah mati…

===

Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

cropped-rf-logo-done-rumah-filsafat-2-1.png

Dipublikasikan oleh

avatar Tidak diketahui

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Kesadaran, Agama dan Politik. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023), Zendemik (2024), Teori Politik Progresif Inklusif (2024), Kesadaran, Agama dan Politik (2024) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.