
Oleh Reza A.A Wattimena
Sentuhan nikmat seks memang selalu mengundang rindu. Kenikmatan berlipat dengan seni merayu. Ada permainan di dalamnya. Ini berakhir dengan ledakan kenikmatan yang membuat manusia seolah menyentuh Tuhan.
Seks juga menyakitkan. Ada upaya fisik yang berat di dalamnya. Ada upaya mental yang juga melelahkan untuk melihat pasangan sebagai sumber kenikmatan. Tak jarang, seks bermuara pada kekecewaan, ketika kedekatan dan kenikmatan yang dicari tak kunjung datang.
Seks juga adalah seni menaklukkan. Pasangan tidak hanya dilihat sebagai rekan, tetapi sebagai obyek kenikmatan yang mesti diperjuangkan. Penaklukkan tidak berakhir saat pakaian dilepas, melainkan saat kedekatan dirasa, tidak hanya di tubuh, terlebih di dalam relung-relung batin.
Paradoks lain juga terkandung di dalam seks. Bukan hanya menaklukkan, orang juga harus siap untuk ditaklukkan di dalam seks. Orang harus belajar menjadi rapuh dan berpasrah di hadapan orang lain. Ketelanjangan tubuh dan batin adalah syarat utama mencapai kenikmatan seksual yang tak terkira.
Pada titik terdalam, seks adalah soal pelestarian diri. Manusia tidak hanya mencari kenikmatan, tetapi juga menciptakan keturunan. Anak yang mungkin lahir akan mengundang rasa cinta tiada tara. Spesies pun terus berlanjut di tengah alam semesta yang gelap dan sunyi ini.
Politik pun berpola sama dengan seks. Ada kenikmatan, ketika orang berkuasa dalam politik. Bagaikan dewa, ia disambut dan dihormati dimana-mana. Tak heran, kekuasaan politik membuat ketagihan. Mantan presiden masih merasa berkuasa, ketika ia seharusnya sudah undur diri.
Politik juga menyakitkan. Begitu banyak kebohongan dan pengkhianatan di dalam politik. Dalam pertarungan merebut dan mempertahankan kekuasaan, derita juga amat kuat terasa. Tak jarang juga, banyak orang terhempas dari kancah politik, walaupun ia berkuasa di masa sebelumnya.
Maka, politisi unggul menikmatan kekalahan. Ia tak patah di hadapan kebohongan dan pengkhianatan. Justru, terkadang, ada kenikmatan besar di dalam kekalahan dan penipuan. Kalah dan takluk adalah kesempatan untuk menikmati adrenalin yang mengalir di otak, sekaligus untuk bangkit melawan dengan penuh semangat.
Dan juga, di titik terdalam, politik adalah soal pelestarian diri. Manusia bisa bertahan di hadapan alam yang kompleks ini, karena ia berpolitik. Manusia mengorganisir diri di atas sebuah visi tertentu yang bersifat abstrak sekaligus inklusif, seperti misalnya ideologi, budaya ataupun agama. Dengan cara ini, manusia tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga berkembang tanpa batas, walaupun jsutru berakhir dengan merusak dirinya sendiri.
Dalam Pilkada November 2024 ini, kita melihat pesta politik yang berpola serupa dengan seks. Kita melihat jerih payah sekaligus kenikmatan. Kita melihat kemenangan sekaligus kekalahan. Terlebih, kita melihat manusia dangkal yang hidup untuk menipu dan berkhianat, seolah itu udara yang wajib ia hirup.
===
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/
