
Oleh Reza A.A Wattimena
Jantung saya berdetak cepat. Badan terasa memanas. Otot menegang. Dalam kesadaran, saya bertanya, apa yang terjadi?
Saya mengalami stress. Katanya, ini adalah hal yang jelek. Stress membuat hidup menjadi penuh derita. Banyak juga ahli yang menyatakan, bahwa stress berbahaya untuk kesehatan.
Stress dikaitkan dengan beragam penyakit, mulai dari jantung, autoimun sampai dengan kanker. Pendek kata, stress memiliki reputasi yang buruk. Ia harus dihindari. Ia harus dilenyapkan.
Dekonstruksi Stress
Benarkah stress sepenuhnya buruk untuk hidup manusia? Fakta bahwa manusia memiliki hal ini menandakan, bahwa ia memiliki fungsi tertentu. Yang kerap menjadi masalah, ketika kita melihat stress sebagai sesuatu yang buruk, kita justru menyakiti diri kita sendiri. Kita tidak memahami cara kerja batin dan tubuh kita sendiri.
Pada dasarnya, stress adalah reaksi alami, ketika ada masalah muncul di depan mata. Setiap orang pasti mengalaminya. Dalam arti yang paling luas, stress adalah bagian dari pola manusia mempertahankan dirinya.
Stress membuat kita waspada pada bahaya serta tantangan di depan mata. Kita menjadi sepenuhnya sadar. Badan menegang. Pikiran pun menjadi lebih fokus.
Dalam arti ini, tidak ada “stress”. Kata itu sudah mengandung unsur negatif yang membuat salah paham. Kata yang lebih tepat mungkin adalah “modus penyelesaian masalah” (problem solving mode). Tubuh dan batin kita memberikan kekuatan untuk menyelesaikan masalah di depan mata.
Dua Catatan
Dua catatan kiranya penting disini. Pertama, ketika gejala “modus penyelesaian masalah” muncul, kita perlu mencari dukungan sosial. Kita bisa meminta bantuan orang lain. Atau, kita sekedar bercerita tentang masalah kita kepada orang lain. Dengan bantuan orang lain, masalah di depan mata bisa diurai dan diselesaikan.
Dua, gejala ini juga tidak boleh berkepanjangan. Ada waktunya, kita mesti melepas tegangan di dalam batin dan pikiran untuk menyelesaikan masalah ini. Disinilah arti penting penting Zen, dan jalan-jalan Dharma lainnya, seperti Yoga, Vedanta, Filsafat Stoa dan sebagainya. Sebagai bentuk melepas, batin kita menjadi ruang yang sadar untuk segala bentuk pikiran maupun perasaan yang muncul.
Pikiran datang, dan pikiran pergi. Perasaan datang, dan perasaan pergi. Ada yang menyenangkan, ada yang juga yang menyakitkan. Kita menjadi ruang yang sadar akan itu semua, tanpa hanyut di dalam pikiran maupun perasaan yang datang. Dari kejernihan ini, kita bertindak secara tepat dari saat ke saat.
Dalam arti ini, “stress” terkait dengan transformasi kesadaran manusia. Orang didorong untuk keluar dari kesadaran yang sempit menuju kesadaran yang lebih luas. Tegangan dan derita menjadi jalan untuk sampai pada kebijaksanaan yang lebih dalam tentang hidup. “Stress” menjadi jalan kesadaran sekaligus pembebasan manusia.
Jika dua hal ini diperhatikan, maka stress akan lenyap dari hidup kita. Tegangan di batin dan pikiran akan menjadi jalan yang efektif untuk menyelesaikan masalah di depan mata. Tegangan itu juga akan menjadi dorongan untuk membangun hubungan yang bermakna dengan manusia lainnya. Hidup kita pun menjadi semakin sadar, jernih dan lancar setiap saatnya. Tunggu apa lagi?
===
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/
