Oleh Reza A.A Wattimena
Anda tidak salah baca. Judul tulisan ini sudah benar. Sebelum mati, apakah anda sudah hidup? Pertanyaan yang terdengar aneh, namun amat penting untuk diteliti lebih jauh.
Di dalam filsafat Asia, pertanyaan ini adalah pertanyaan abadi. Para Master Yoga dan Master Zen mengajukannya. Pertanyaan ini bukanlah pertanyaan kosong. Ia adalah pertanyaan untuk membangunkan kita semua yang mendengarnya.
Sebagian besar manusia tidak pernah hidup. Mereka seperti mayat hidup. Mereka seperti zombie yang berjalan dan beraktivitas. Mereka tenggelam dan pikiran dan emosi yang datang dan pergi, serta tak pernah sungguh hidup.
Biasanya, mereka tenggelam di dalam ponsel cerdas. Mereka terpikat foto maupun video pendek yang datang dan pergi. Mereka terpikat dan tenggelam pada berita-berita yang menghebohkan. Ketika itu semua terjadi, mereka tidak sungguh hidup.
Sang penguasa zalim pun tenggelam dalam ambisinya. Ia dijajah oleh kebodohan dan kerakusannya. Terlebih, ia ditindas oleh ketakutannya sendiri. Anak dan saudara-saudaranya dimanipulasi untuk mengisi kekerdilan jiwanya.
Para mayat hidup tidak sadar. Mereka tidak sadar pada apa yang terjadi di sekitarnya. Mereka juga tidak sadar pada apa yang terjadi di dalam dirinya. Akibatnya, mereka menjadi zombie yang sudah mati, bahkan sebelum mereka mati.
Orang yang tenggelam dalam pikiran maupun perasaannya juga tidak sungguh hidup. Ia tidak menyentuh kenyataan disini dan saat ini. Ia sibuk dengan masa lalu, atau dengan masa depan. Ia terjebak antara memori dan imajinasi, serta lupa untuk sungguh hidup sepenuhnya disini dan saat ini.
Sesungguhnya, pikiran dan perasaan bukanlah milik kita. Ia adalah hasil bentukan sosial. Ia diciptakan oleh lingkungan sosial sejak kita kecil. Jika orang tak sungguh sadar dan hidup, maka ia akan terus dijajah oleh lingkungan sosialnya.
Pikirannya adalah pikiran masyarakat. Keinginannya adalah keinginan masyarakat. Pemikiran kritis jauh dari genggamannya. Ia ditikam oleh gejolak ambisi yang bahkan bukan miliknya.
Penderitaan adalah buahnya. Hidup terasa di neraka. Kemarahan, kebencian dan ketakutan datang silih berganti. Orang mati, bahkan sebelum ia mati, dan menjadi mayat hidup, atau zombie.
Hidup adalah kesadaran. Hidup adalah pengalaman subyektif dari saat ke saat. Kita perlu menyadari dan mengalami semuanya sepenuhnya, mulai dari yang paling membahagiakan, sampai yang paling menyakitkan. Dengan begini, kita menjadi sungguh sadar dan sungguh hidup seutuhnya.
Perubahan adalah bagian utuh kehidupan. Ada perubahan yang ekstrem. Kita mungkin menyebutnya sebagai drama-drama kehidupan. Ada perubahan yang terjadi setiap saat, yang kerap tak kita sadari. Keduanya tak terhindarkan.
Dari mana kehidupan itu berasal? Cari di dalam diri. Rasakan dan alami kesadaran yang merupakan sumber dari kehidupan itu sendiri. Menetaplah disana sesering mungkin.
Kesadaran ini tidak memiliki konsep. Namun, ia sepenuhnya hidup. Ia adalah sumber dari semua pikiran dan perasaan manusia. Ia adalah sang pengamat yang menciptakan segalanya di alam semesta.
Jadi, apakah anda sudah hidup, sebelum anda mati? Sudahkah anda mengalami semua yang perlu dialami di hidup ini sesadar mungkin, mulai dari pengalaman yang paling menyakitkan sampai yang paling membahagiakan? Tidak ada yang perlu dipelajari. Semua hanya perlu dialami, sepenuhnya.. sesadarnya. Itu cukup.