Berdoa itu Percuma?

1897779_2_mOleh Reza A.A Wattimena

Perempuan itu menangis tersedu-sedu. Saya terheran dibuatnya. Rupanya, ia sedang berdoa. Tapi, dilihat lebih dekat, ia seperti sedang berakting di sinetron murahan.

Ia berdoa di depan mikrofon. Suaranya keras sekaligus sedih. Air mata bercucuran deras keluar dari matanya. Semua keinginannya ia sampaikan kepada semua orang di ruangan.

Ia mengira, tuhan itu tuli. Maka, ia harus berteriak-teriak, seperti orang gila. Dramatis sekali. Di banyak perayaan agamis, rupanya, ini hal biasa.

Doa dan Kekuasaan

Sering juga, di Indonesia, diadakan doa bersama. Perayaan dibuat besar-besaran. Jalanan milik publik ditutup. Orang jadi kesulitan untuk bepergian.

Lalu, mereka berdoa bersama dengan keras-keras. Ini semua seperti konser musik. Tuhan dikira tuli, maka harus diteriaki dengan keras-keras. Saya menduga, ini hanya pamer kekuasaan dari agama terkait, guna menunjukkan, bahwa pengikutnya banyak, tapi bodoh.

Ujung-ujungnya, agama jadi alat politik. Agama jadi alat untuk merebut kekuasaan lewat pemilu. Agama dimainkan dan digoreng untuk meraup suara dari umatnya yang bodoh serta miskin.

Perayaan semacam itu hanya buang-buang uang, waktu dan tenaga. Kita tak bertambah bahagia dan cerdas. Sebaliknya, kita justru semakin tertekan, takut dan malas berpikir. Pola berdoa dan beragama semacam ini membuat kita semakin dangkal dan bodoh.

Percuma Berdoa

Semua orang berdoa untuk kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan mereka. Nadanya sama. Rumusnya serupa. Satu pertanyaan kecil: jika berdoa berguna, maka semua orang sudah sehat, kaya dan bahagia.

Faktanya: sebagian besar manusia di bumi ini masih sakit, miskin dan menderita. Artinya, berdoa tidak berguna. Untuk bisa mencapai kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan, orang harus menempuh jalan lain. Dia harus bekerja, serta mengembangkan kesadarannya ke tingkat tertinggi.

Berdoa seperti pengemis, yang hanya meminta tanpa jeda, itu percuma. Itu tindakan yang sia-sia. Tindakan itu hanya buang-buang waktu, uang dan tenaga. Seringkali, berdoa ala pengemis semacam itu, jika dilakukan bersama-sama, hanya ajang pamer kebodohan dan kerakusan akan kekuasaan belaka.

Alternatifnya

Ada juga kemungkinan lain. Orang berdoa bersama untuk memperkuat rasa kebersamaan. Doa lalu menjadi ungkapan syukur bersama. Doa bersama menjadi perekat solidaritas antar manusia.

Berdoa juga bisa diubah menjadi saat hening. Orang tidak meminta apapun. Ia tidak berkata apapun. Ia hanya sepenuhnya sadar dalam keheningan di tengah keriuhan dunia, maupun keriuhan batinnya.

Doa lalu menjadi perjumpaan suci antar manusia. Tidak hanya itu, manusia melebur dengan sang penciptanya. Sesungguhnya, mereka semua tak pernah berpisah. Perbedaan dan keterpisahan hanyalah ilusi akal budi belaka.

Dipublikasikan oleh

avatar Tidak diketahui

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Kesadaran, Agama dan Politik. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023), Zendemik (2024), Teori Politik Progresif Inklusif (2024), Kesadaran, Agama dan Politik (2024) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.