Semoga Keinginanmu Tak Terwujud

Paintings that Spill over into the World of Surrealism | Good night moon,  Good night sweet dreams, Sweet dreams my love

Oleh Reza A.A Wattimena

Doanya panjang. Katanya-katanya indah dan berbunga. Semua hal baik ditumpahkan ke dalam kata. Harapannya, hal-hal baik akan menjadi kenyataan, dan hal-hal buruk tak akan pernah terjadi.

Berikanlah aku rejeki banyak

Berikanlah aku jodoh yang baik

Berikanlah aku kesehatan yang terus terjaga

Berikanlah aku umur panjang

Jika mati, berikanlah aku tempat di surga

Jauhkan aku dari orang-orang jahat

Jauhkan aku dari malapetaka dan penderitaan

Inilah pola doa kita sekarang ini. Isinya, tentu saja, sangat tidak sejalan dengan kenyataan. Hidup itu tidak hanya berisi hal-hal baik. Derita dan rasa sakit adalah bagian dari hidup yang tak terhindarkan.

Doa semacam ini menciptakan harapan yang berlebihan tentang kehidupan. Dalam jangka panjang, ini tidak sehat. Orang tak lagi berpijak pada dunia yang kompleks. Orang hidup dalam ilusi yang merusak.

Ilusi ini, lalu, menjadi budaya. Masyarakat menjadi delusional. Mereka tidak lagi berpijak pada kenyataan yang terus bergerak dan berubah. Inilah akar penyebab sakit kolektif yang menghasilkan masyarakat yang menderita.

Sumber derita, sejatinya, adalah harapan yang berlebihan. Hidup punya hukumnya sendiri. Ia tidak akan pernah tunduk pada kehendak manusia. Jika kita menentang ini, kita akan menderita, dan hancur.

Apa yang kita inginkan tak sejalan dengan kenyataan. Di dalam bahasa Jerman, ini disebut sebagai Weltschmerz, yakni rasa sakit dunia. Berulang kali, saya terjebak pada soal ini. Saya yakin, anda pun juga.

Lagi pula, keinginan kita kerap kali sangat egois. Kita rakus. Keinginan adalah bentukan masyarakat, termasuk pola didik dan hubungan sosial kita sejak kecil. Di mata alam semesta, ia tak ada artinya.

Bahkan, jika semua keinginan kita terwujud, malapetaka besar akan terjadi. Sebenarnya, ini sudah terjadi. Alam sudah rusak, karena manusia secara rakus mengejar keinginan dangkalnya. Alam memang memiliki kemampuan memperbaiki dirinya sendiri. Namun, ketika itu terjadi, kita mungkin sudah lama punah.

Jika keinginan kita semuanya tidak terwujud, lalu keinginan siapa yang terwujud? Orang beragama menyebutnya keinginan Tuhan. Yang lain menyebutnya kehendak semesta. Apapun itu, keduanya jelas lebih cerdas dan bijaksana daripada kita. Bukankah begitu?

Tuhan, apapun namanya, jelas lebih cerdas dan bijak daripada manusia. Begitu pula alam semesta. Kehendak dan keputusan mereka jauh lebih baik daripada kehendak dan keputusan manusia. Kerap kali, manusia menjadi rakus dan berpikir sempit. Ini yang merusak dirinya dan alam sekitarnya.

Lalu, apakah kita harus diam saja? Sedikit kecerdasan jelas diperlukan disini. Untuk hidup, kita harus berusaha. Untuk berkembang sebagai manusia, kita juga harus berusaha.

Namun, keinginan dan usaha harus tetap tunduk pada kesadaran. Ia tak boleh membabi buta, lalu merusak segalanya. Keinginan haruslah realistik, yakni berpijak pada dunia sebagaimana adanya. Pada satu titik, kita harus berhenti, berdiam dan membiarkan segalanya berjalan menurut hukum-hukum alam.

Jadi, semoga keinginanmu tidak terwujud. Semoga hal-hal tak terduga terjadi di dalam hidupmu. Kiranya, ini harapan yang jauh lebih realistik, dan menarik. Inilah kehidupan dalam segala keutuhannya.

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

7 tanggapan untuk “Semoga Keinginanmu Tak Terwujud”

  1. setuju sekali !!
    “weltschmerz”saya bisa ikut merasakan , bahkan ingin saya tambahkan dgn “verrohung der gesellschaft”.
    menurut pengalaman dan pandangan saya , hidup dgn kesadaran dari saat ke saat, sangat membantu jalan hidup kita. bahkan halangan dan “malapetaka” sangat membantu kita.
    misal nya sejak lahir kita hidup dlm suasana “schlaraffenland”, kita pun “menderita”, seperti nya kehilangan tulang punggung.
    lihat lah generasi muda dgn semua kebutuhan dan apa yg mereka miliki .
    mereka hidup dlm dunia “fata morgana”.
    banya terima kasi atas karya2 yg mengetuk “hati” !!
    salam sehat !!

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.