Menolak Surga

sky heaven edited surreal Image by ᴋᴀɪ | ᴅᴀsᴜɴɪᴠᴇʀsᴜᴍ
KAI

Oleh Reza A.A Wattimena

Sudah ribuan tahun, konsep surga digunakan untuk menipu jutaan manusia. Surga dianggap sebagai tempat, dimana kenikmatan terus ada, dan derita lenyap, tanpa jejak. Surga lalu menjadi hadiah dari kepatuhan buta terhadap agama. Begitu banyak nestapa dan derita yang lahir dari kebodohan lintas generasi ini.

Karena pesona surga palsu, orang melepas nalarnya. Daya kritisnya dibuang jauh. Logikanya lumpuh. Tindakannya kacau, dan merusak kebaikan bersama.

Karena mengejar surga, orang juga menjadi arogan. Ia merasa lebih baik dan lebih suci dari orang lain. Ia merasa bisa menjadi Tuhan yang siap menghakimi manusia lain. Orang-orang yang berbeda lalu ditindas, dan diperlakukan tidak adil.

Karena mengejar surga secara buta, orang menjadi sempit. Ia menjadi seorang egois sejati. Yang ada di kepala hanya kenikmatan diri semata. Jika perlu, hidup dan kepentingan orang lain dikorbankan, asal ia bisa masuk surga (yang tak pernah terbukti ada).

Inilah surga yang harus ditolak. Ia hanya tipuan belaka. Ia tak pernah sungguh ada, dan tak akan pernah ada. Ia hanya dongeng anak kecil untuk menipu orang-orang yang malas berpikir.

Surga yang sejati bukanlah kumpulan kenikmatan. Tanpa kesadaran, kenikmatan akan membawa petaka. Surga yang sejati bukanlah konsep untuk menipu orang-orang lemah. Ia bukanlah konsep untuk menumpulkan nalar dan daya kritis manusia.

Surga yang sejati adalah keadaan, dimana kenikmatan dan penderitaan hilang berbarengan. Konsep lenyap. Bahasa lenyap. Disini dan saat ini sepenuhnya, itulah hidup yang sesungguhnya.

Orang lalu beristirahat dalam kehidupan. Tak perlu menunggu kematian. Tak perlu menghitung perbuatan baik dan perbuatan jahat. Disini dan saat ini, beristirahat dalam kehidupan, beristirahat dalam kesadaran, itulah surga yang sejati.

Ingatan lenyap. Harapan akan masa depan lenyap. Orang memasuki ruang kosong yang luas. Inilah dirinya yang sejati, atau yang banyak dikenal sebagai “Buddha”.

Ia pun menyatu dengan segala yang ada. Segala perbedaan hanyalah konsep semata. Tak ada aku, dan tak ada kamu. Tak ada kita, dan tak ada mereka. Inilah surga, tanpa “konsep surga”.

Tak ada tipuan. Tak ada manipulasi. Tak ada arogansi, dan dorongan untuk merugikan orang lain. Tak ada kesempitan berpikir. Orang hanya hidup seutuhnya dalam hubungan dengan segala sesuatu.

Inilah surga yang perlu kita cari. Ia hanya bisa ditemukan, ketika kita berhenti mencari. Kita mendapatkannya, ketika kita tak lagi menginginkannya. Ketika kita melepas semua keinginan, kita mendapat segalanya.

Inilah surga yang sesungguhnya. Ia tak jauh. Ia tak ada di langit. Ia ada tepat di depan hidung anda.

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

12 tanggapan untuk “Menolak Surga”

  1. das thema ist einleuchtend und leicht verständlich erklärt.
    nur m.e.n. für leser , die mit spiritualität nicht vertraut sind,
    ist es unverständlich, unsinn, unbegreiflich, unmöglich und und und so weiter .
    schade, schade !!
    mir persönlich ist das thema bombig !!
    weiter so !!
    grüsse aus der kälte !

    Suka

  2. Kutipan :

    “Surga lalu menjadi hadiah dari kepatuhan buta terhadap agama. Begitu banyak nestapa dan derita yang lahir dari kebodohan lintas generasi ini”

    Penghakiman yang kasar dan naif.
    Para utusan Tuhan yang berbicara ttg surga dan neraka, kamu hakimi demikian juga.

    Anda harus lebih banyak telaah filsafat timur dan spiritualitasnya, biar lebih luas vision nya

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.