Protopia Kesetaraan Gender

Gomez Gonzales-Mallo Ana Maria 

Oleh Reza A.A Wattimena

Alam menciptakan hidup ini amat beragam. Mulai dari dasar laut terdalam, sampai dengan puncak gunung tertinggi, semua dipenuhi kehidupan dalam segala bentuknya. Keberagaman bukanlah sekedar teori, melainkan kenyataan kehidupan. Mengingkari keberagaman berarti mengingkari kehidupan.

Perkembangan Kajian Gender

Hal yang sama terjadi dalam soal gender. Pandangan lama menegaskan, bahwa hanya ada dua jenis gender, yakni pria dan wanita. Pandangan ini lalu dipatahkan, ketika kajian gender berkembang sebagai ilmu pengetahuan. Gender manusia merentang jauh lebih dari sekedar pria dan wanita, mulai dari pria yang “sangat pria” sampai dengan pria yang “sangat wanita”, dan mulai dari wanita yang “sangat wanita” sampai dengan wanita yang “sangat pria”. Rentangnya amatlah panjang dan beragam.

Orientasi seksual pun juga menjadi beragam. Pandangan lama mengatakan, bahwa pria harus bersama wanita. Tidak ada pilihan lain. Penelitian-penelitian kajian gender menegaskan, bahwa kenyataan tak pernah sesederhana itu. Kenyataan jauh lebih kaya dan beragam, daripada pandangan lama yang sudah ketinggalan jaman tersebut.

Kajian gender juga banyak melakukan kritik epistemologis yang amat halus dan dalam. Menurut para pemikirnya, pola berpikir dan bertutur soal gender pun sudah mengandung penindasan di dalamnya, yakni penindasan yang berakar pada cara berpikir lama. Maka, segala bentuk klasifikasi, seperti yang dilakukan di atas, pun harus dilepas. Gender manusia harus dibiarkan mengalir sealami mungkin sebagai bagian dari alam.

Tujuannya

Kiranya, ada dua hal yang menjadi tujuan utama kajian gender. Yang pertama adalah terciptanya masyarakat sadar gender. Dualisme lama pria dan wanita pun secara perlahan dilepas. Masyarakat menjadi sadar, bahwa kenyataan lebih beragam, daripada cara berpikir lama yang berkembang di dalam tradisi tentang pria dan wanita, serta hubungan antar keduanya.

Yang kedua, cita-cita yang lebih tinggi adalah kesetaraan gender. Beragam gender memiliki hak untuk hidup dan berkembang. Mereka memiliki hak-hak asasi dan sepenuhnya dilindungi oleh hukum yang ada. Beragam gender itu memiliki peran sosial yang berbeda, namun setara dalam hubungan satu dengan yang lain.

Kedua hal ini ditantang oleh beragam tradisi, budaya dan agama yang ada. Perdebatan pun muncul, sering juga berakhir dengan pertengkaran, terutama di Indonesia. Sebabnya pun beragam, mulai dari ketidaktahuan sampai dengan ketakutan. Setiap budaya dan agama harus memikirkan soal ini dalam konteks agama dan budayanya masing-masing.

Protopia

Seperti semua gerakan sosial lainnya, kajian dan gerakan pembebasan gender juga tidak selalu mulus. Satu langkah kemajuan seringkali dibarengi dengan beberapa langkah kemunduran. Perjuangannya pun lalu harus mengambil bentuk protopia, yakni perkembangan tahap demi tahap yang membutuhkan kesabaran dan usaha bersama secara berkelanjutan. Tidak ada perubahan revolusioner yang besar dan mendadak.

Ini juga merupakan tanda kedewasaan sebuah bangsa. Bangsa yang dewasa mampu menghargai segala perbedaan yang muncul dalam kehidupan. Segala bentuk kehidupan pun bisa berkembang secara utuh, sejauh ia menghargai bentuk-bentuk kehidupan lainnya. Batasnya adalah hukum negara yang dibuat melalui kesepakatan yang bebas dan rasional bersama-sama. Apakah Indonesia sudah menjadi bangsa semacam itu?

 

 

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

14 tanggapan untuk “Protopia Kesetaraan Gender”

  1. inspiratif banged kaka…
    mau nanya kalo
    irisan filsafat & teology
    gimana kah?
    dan how to ZEN for
    depression husband with
    five kids

    Suka

  2. sepakat dgn karya diatas.
    kita tahu, fenomena gender sudah ada sejak manusia ada, hanya tersembunyi dan dijalankan secara rahasia dibelakang tirai.
    di tiap hidup kita sendiri ada faktor utk ke priaan dan kewanitaan.
    salah satu faktor yg dapat menggoncang keseimbangan tsb adalah pengaruh dari luar, misal nya “patah hati dalam pergaulan laki – perempuan,” yg menuju kearah kebencian, kekecewaan , kesedihan dsb dsb, yg bersangkutan berubah “arah”. pihak ajaran agama selalu main sok suci, walau sebetul nya sangat busuk.
    ada baik nya kita kritis dalam interpretasi dan menanggulangi soal gender.
    mungkin pandangan saya tidak secocok dg kata2 yg saya pergunakan, maklum perbendaharaan kata sangat terbatas. hanya bisa di ikuti dgn hati terbuka.
    banya salam!

    Disukai oleh 1 orang

  3. Dan selain itu mereka yang berbeda secara pemikiran, meraka yg berbeda dari segi kehidupanpun masih sebagian sulit untuk diterima masyarakat umum, faktor pendidikan sangat perlu dirubah secara mendasar dimana orang diajak berpikir untuk menghagai orang lain, dan mau merangkul orang lain yg berbeda denganya, literasi negara ini sangat kurang untuk merubah peradaban ini

    Disukai oleh 1 orang

  4. Kajian yang sangat menarik dan inspiratif dan progresif.
    Saya sepaham dan terutama uraian praktis-ilmiah ini menambah khazanah berpikir saya tentang keberagaman yang mesti diterima sebagai kenyataan hidup dan sebagai nilai yang perlu diusahakan dari ke waktu ke waktu tiada hentinya hingga titik darah penghabisan. Salam filosofis

    Suka

  5. Karena tema tulisan hari ini tentang gender saya ingin bertanya pak reza tentang fenomena tentang LGBT yang sedang marak. Apakah menurut bapak itu adalah suatu penyimpangan atau bukan ?

    Suka

  6. Karena tema hari ini tentang gender saya ingin bertanya pak. Ini tentang lgbt yang menyukai sesama jenis. Menurut bapak apakah itu adalah suatu bentuk penyimpangan, atau suatu kebebasan untuk mencintai ? Terima kasih pak reza atas perhatianya

    Suka

  7. Saya ingin bertanya pak. Bagaimana dengan kaum minoritas LGBT. Menurut bapak apakah LGBT itu adalah suatu bentuk penyimpangan ?

    Suka

  8. terima kasih. Filsafat dan teologi beririsan pada penggunaan akal sehat untuk memahami prinsip-prinsip abstrak. Namun, teologi berpijak pada iman. Sementara, filsafat sepenuhnya berpijak pada akal budi. Tentang Zen, coba baca tulisan dan beberapa buku saya tentang zen. Ada beberapa hal penting disitu.

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.