Indonesia Darurat Filsafat

Oleh Reza A.A Wattimena

Dalam banyak hal, Indonesia memang sedang darurat akal sehat. Ini berarti, Indonesia sedang darurat filsafat, karena filsafat merupakan alat utama untuk mengembangkan akal sehat manusia. Filsafat pula yang melahirkan pemikiran-pemikiran besar yang mengubah dunia. Di peradaban Eropa, filsafat yang melahirkan ilmu pengetahuan modern dan teknologi, sebagaimana bisa dirasakan sekarang ini.

Filsafat, Agama dan Ilmu Pengetahuan

Di Indonesia, filsafat nyaris tak mendapat tempat. Kita lebih terpukau dengan agama dan ilmu pengetahuan modern. Ada dua masalah disini. Pertama, agama selalu berpijak pada kepercayaan mutlak terhadap tradisi, sehingga kerap kali menutup akal sehat dan pemikiran kritis. Ini merupakan salah satu sebab berkembangnya radikalisme agama di Indonesia sekarang ini.

Dua, ilmu pengetahuan seringkali terlalu sempit lingkupnya, sehingga tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar hidup manusia, seperti tujuan dan makna keberadaan kita di dunia ini. Ilmu pengetahuan telah menjadi begitu terspesialisasi sekarang ini, sehingga buta terhadap hal-hal lain yang bukan bidangnya. Ini menciptakan masalah tersendiri, tidak hanya bagi perkembangan hidup pribadi sebagai manusia, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.

Filsafat menjadi jalan keluar dari dua masalah ini. Filsafat mengajak manusia untuk berpikir tentang hal-hal besar di dalam hidup, seperti tujuan, makna dan keberadaan semesta itu sendiri. Pendekatan filsafat juga bersifat rasional, logis, sistematis dan kritis. Ini tentunya merupakan obat manjur untuk melawan segala bentuk radikalisme agama-ideologi, maupun kesempitan berpikir.

Berpikir dan Berargumen

Di ruang publik Indonesia, perdebatan seringkali bermuara pada pertengkaran. Ini terjadi, karena banyak orang tidak mampu berpikir secara runtut dan rasional, serta tidak mampu menyampaikan pemikiran mereka dengan cara-cara yang beradab. Emosi pun mengisi hati dan kata-kata. Jika sudah begitu, konflik pun tak bisa dihindari.

Dalam hal ini, filsafat bisa membantu dalam dua hal. Pertama, filsafat mengajarkan orang untuk berpikir secara runtut, logis, rasional dan kritis. Jika kemampuan ini tersebar, maka ini sudah merupakan kemajuan besar untuk Indonesia. Perdebatan di masyarakat luas, terutama terkait dengan kepentingan banyak orang, bisa dilakukan dengan cara-cara yang beradab.

Perkembangan Jaman

Dalam banyak hal, Indonesia selalu ketinggalan dari negara lain. Ini terjadi, karena kita jarang sekali mengikuti perkembangan filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi. Pun jika kita akhirnya mengikuti kemajuan yang ada, kita sudah tertinggal. Alhasil, kita justru mendapatkan dampak-dampak negatif dari perubahan jaman, mulai dari perubahan iklim, krisis energi sampai dengan krisis moralitas (terbelakang dalam menghadapi perubahan jaman).

Filsafat dapat membantu kita untuk keluar dari keterbelakangan ini. Tema-tema yang dikembangkan filsafat selalu sesuai dengan perkembangan jaman, mulai dari soal hubungan politik dan agama, soal lingkungan hidup, etika aborsi sampai dengan diskusi soal kecerdasan buatan. Semua tema ini dibicarakan dengan rasional, sistematis dan kritis di dalam filsafat. Ini merupakan sebuah proses pendidikan yang berharga untuk masyarakat Indonesia, supaya bisa menyingkapi berbagai semua perubahan yang terjadi secara tepat dan jernih.

Hidup yang Bermutu

Karena miskin pemahaman, banyak orang di Indonesia kacau hidupnya. Di satu sisi, ada orang-orang yang gila harta dan kuasa. Mereka melakukan segala cara untuk memperoleh kekuasaan dan uang, termasuk dengan korupsi. Ini dengan mudah dilihat di panggung pemilihan Presiden Indonesia sekarang ini.

Di sisi lain, banyak orang yang terjebak ke dalam radikalisme agama. Pemahaman mereka tentang agama sangat terbelakang, bahkan merusak. Mereka menjadi intoleran terhadap perbedaan, dan bahkan terjebak ke dalam terorisme. Dewasa ini, Indonesia memang terserang dua virus mematikan, yakni neoliberalisme dan radikalisme agama.

Filsafat bisa menjadi jalan keluar dari semua ini. Filsafat mengajak orang untuk menemukan pola yang hidup yang bermutu, yakni yang memberi kedamaian, baik di tingkat pribadi maupun sosial. Pijakan filsafat bukanlah tradisi yang sudah usang, apalagi yang dilihat sebagai kebenaran mutlak. Pijakan filsafat adalah kejernihan berpikir yang dibangun dalam dialog dengan pemikir-pemikir besar dunia lintas peradaban.

Oleh karena itu, filsafat haruslah menjadi bagian dari pendidikan nasional secara umum, sekaligus diskusi di masyarakat luas di Indonesia. Di titik ini, filsafat yang harus dikembangkan bukanlah filsafat agama tertentu, melainkan filsafat murni yang bersifat lintas peradaban. Jika ini tak diperhatikan, bangsa kita akan pecah, dan akan terus terjebak dalam kebanggaan semu, juga dalam persaingan yang semu dengan bangsa lain.

Indonesia memang sedang darurat filsafat. Ini haruslah menjadi perhatian kita bersama.

 

 

 

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

21 tanggapan untuk “Indonesia Darurat Filsafat”

  1. banyak umat enggan memahami agama dari sisi nilai, mereka hanya terkonsentrasi pada simbol2 material yang bersifat kwalitas, padahal seharusnya agama dimaknai sebagai suatu nilai untuk membawa rahmat bagi alam ini.

    Suka

  2. Sepertinya belakangan ini, tulisan mas reza selalu berhubungan dengan ‘akal sehat’ dan kritik terhadap sistem pendidikan di Indonesia, 2 hal yang saya sadari dari beberapa postingan terakhir ini adalah: 1.Bahaya radikalisme Agama 2.Krisis akal sehat dalam masyarakat Indonesia.
    Apakah bapak sedang Berusaha ‘memperbaiki’ situasi saat ini? Kalau begitu, apakah bapak yakin dengan tulisan ini ‘memperbaiki’ sedikit dari sesuatu tersebut?
    Sekedar mencoba merenungkan dinamika politik dan Agama di Indonesia saat ini………
    Charvin

    Suka

  3. Kaum-kaum radikal yang berharap adanya lingkungan yang homogen padahal dunia sendiri beraneka ragam sejak diciptakan.Mereka berharap semuanya bisa disamakan tapi lupa bahwa mereka sendiri telah berbeda-beda sejak dilahirkan.
    Charvin

    Suka

  4. sepakat dgn apa yang saya rasakan.
    fenomena diatas bukan hanya di indonesia, tetapi sudah melanda ke dunia negara barat.
    menurut hemat saya, kita haus kehidupan rohani tetapi tidak sadar / tidak tahu bagaimana mengisi kehausan tsb, lari nya justru ke arah yg nda benar dan terjun buta tanpa berpikir sehat.
    tidak ada jalan lain selain hidup dari saat kesaat dgn sepenuhnya.
    umumnya utk tema “filsafat” achlak beralasan “tidak ada waktu” memikirkannya. suatu alasan yg sama sekali unlogis, kita hanya bisa tersenyum dalam hati.
    banyak salam !

    Suka

  5. pak, saya jirfan usia 16 tahun saya duduk dikelas 2 sma, sebelumnya saya tidak tau apa2 tentang filsafat , tapi setelah membaca diblog bapak, saya tertarik dan lebih terbuka fikiran nya, pertanyaan saya, sejak kapan kita harus memulai belajar filsafat, apakah ada kurikulum khusus untuk kami yg masih duduk dibangku sekolah ? mohon arahan nya pak.

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.