
Oleh Reza A.A Wattimena
Peneliti, Tinggal di Jakarta
Kita pasti sudah sadar, bahwa hidup penuh dengan tantangan. Niat baik dan usaha keras tidak menjadi jaminan, bahwa orang akan berhasil dalam hidup. Musuh yang iri siap menanti untuk menjegal. Kegagalan pun terjadi, walaupun tanpa sebab yang adil.
Namun, jalan keluar dari semua itu sebenarnya cukup sederhana. Kita hanya perlu memiliki pikiran seorang pemula (beginner’s mind). Kita melihat dunia,beserta segala keberhasilan maupun kegagalannya, dengan kaca mata seorang pemula. Inilah inti utama dari jalan hidup Zen.
Pikiran Pemula
Ide ini dikembangkan oleh seorang Zen Master Jepang yang bernama Shunryu Suzuki. Ide ini mengusir segala ilusi tentang Zen dan jalan meditasi pada umumnya. Tidak ada kesaktian yang perlu diraih. Tidak ada batin yang perlu dibersihkan. Kita hanya perlu untuk melihat kehidupan ini sebagai seorang pemula dari saat ke saat.
Lawan dari pikiran pemula adalah pikiran ahli. Pikiran ahli melihat segala sesuatu dengan teori. Analisis soal baik buruk serta untung rugi terus dilakukan. Ini membuat pikiran ahli penuh dengan kegelisahan dan penderitaan.
Sebaliknya, pikiran seorang pemula selalu bersih dari analisis. Semua dilihat apa adanya. Tidak ada yang ditambahkan. Tidak ada yang dikurangi. Ini bisa dilakukan dari saat ke saat di dalam hidup.
Pikiran pemula melihat dunia dengan mata yang segar. Di dalamnya terdapat rasa ingin tahu, rasa syukur dan bahkan kekaguman. Bayangkan anda pertama kali melihat sebuah telur. Dengan pikiran pemula, anda akan terkagum-kagum, bagaimana telur ayam bisa menjadi makanan, atau dari mana asal dan bagaimana proses pembentukan telur tersebut.
Pikiran pemula juga akan membangkitkan kesadaran (awareness). Di dalam berbagai tradisi meditasi, kesadaran adalah unsur utama yang perlu dikembangkan. Melihat dunia dengan pikiran pemula berarti melihat dengan kesadaran. Jika hidup dilihat dengan mata kesadaran dari saat ke saat, maka penderitaan dan segala bentuk kegelisahan akan bisa dikelola dengan sehat.
Dampak Pikiran Seorang Pemula
Seorang pemula melihat dunia dengan jernih. Segala sesuatu pun dialami dengan apa adanya (as it is). Tidak ada prasangka. Tidak ada dugaan ataupun kecurigaan. Ketika ini semua lenyap, penderitaan dan kegelisahan pun lenyap.
Kita pun jadi tidak gampang menilai orang lain. Ketika orang berbicara, kita bisa mendengarkannya dengan jernih. Dengan ini, kita lalu bisa menolong orang lain, sesuai dengan apa yang ia butuhkan, dan bukan apa yang kita inginkan. Hubungan kita dengan orang sekitar kita pun jadi lebih baik.
Pikiran pemula juga akan membuat kita bekerja lebih baik. Kita tidak gelisah mengerjakan kewajiban kita sehari-hari, karena kegelisahan muncul dari penolakan. Sementara, penolakan berakar pada penilaian soal baik buruk, ataupun untung rugi. Pikiran pemula akan membantu kita menjalankan berbagai kewajiban yang ada dengan hati yang ringan, penuh rasa ingin tahu dan jernih.
Secara keseluruhan, pikiran pemula bisa membebaskan kita dari segala bentuk kecemasan dan ketakutan akan masa depan. Padahal, masa depan tidak ada yang tahu. Daripada sibuk dengan kecemasan dan ketakutan yang tanpa dasar, pikiran pemula mengajak kita untuk tetap “tidak tahu”, serta terbuka pada berbagai kemungkinan yang ada. Pikiran pemula mengajak kita untuk bertekun di dalam proses, tanpa obsesi pada hasil.
Pikiran pemula adalah keadaan alami kita sebagai manusia. Kita semua mempunyainya. Di dalam Zen, pikiran pemula disebut juga sebagai “jati diri asli” (true self). Dengan menyadari dan menggunakannya, pikiran pemula bisa mengubah hidup kita ke arah kejernihan dan kedamaian.
Jadi, tunggu apa lagi? Mari belajar menjadi seorang pemula.
Setelah membaca tulisannya, rasanya saya lansung termotivasi untuk bertansformasi menjadi Pemula.
SukaSuka
sepakat !! semuanya harus dialami dan dijalankan dengan konsequent.
barulah kita tahu , apa yg dimaksud.
banya salam !!
SukaSuka
Zen, kembali ke angka Nol
SukaSuka
Pada mula mulanya.
SukaSuka
Sy selalu mengikuti tulisan anda kadang sy copas….terima kasih telah berbagi ilmu..
SukaSuka
Menarik sekali, selama ini antusias sy belajar filsafat barat…baiklah kali ini sy akan belajar filsafat timur…
SukaSuka
lanjut terus pak.. sya pembaca setia anda.
SukaSuka
Tulisan anda cukup bagus dan menarik. Selamat.
SukaSuka
Susah bung, pendidikan kita terlalu banjir informasi.Kita diajarkan untuk melihat sesuatu ‘ada apanya’ dan bukan ‘apa adanya’. Masyarakat juga secara tidak langsung mengajarkan kita untuk menjadi licik bukanya polos.Karena seringkali orang polos disamakan dengan orang ‘bodoh’, ‘tolol’, atau ‘telat mikir’.Memang susah menjadi orang polos di lingkungan yang serba materialis ini.
SukaSuka
hehehe.. selamat mencoba..
SukaSuka
salam hangat.
SukaSuka
Sebelum nol…
SukaSuka
ada apa?
SukaSuka
sama2.. semoga membantu ya..
SukaSuka
sebenarnya, semua filsafat berasal dari Asia, kemudian menyebar ke Yunani. Cuma peradaban Eropa tidak akan pernah mengakui hal ini..
SukaSuka
terima kasih. Salam.
SukaSuka
Terima kasih. Semoga membantu.
SukaSuka
Begitulah yang terjadi. Semoga tidak membuat kita putus asa, melainkan justru bergerak untuk melakukan berbagai perubahan yang mungkin. Salam.
SukaSuka
Di tengah tekanan hidup yang kian menumpuk yang memaksa saya membuat opsi. Di tengah gencarnya informasi dari yang berguna sampai yang tak berguna. Di tengah gencarnya iklan dimana-mana, bagaimana agar saya dapat tetap mempunyai pikiran pemula?
SukaSuka
Dengarkan suara burung bernyanyi. Saat ke saat, menyatu dengan apa yang dilakukan.
SukaSuka
apakah “pikiran Pemula” ini bisa menghancurkan sifat kritis seseorang?
SukaSuka
Pikiran pemula adalah saat dimana kita beristirahat. Ini justru membuat pikiran kritis semakin tajam, sekaligus proporsional pada tempatnya.
SukaSuka
Keren mas. boleh minta referensi buku-buku tentang kajian sejarah agama-agama yang ditinjau dari sudut pandang Filsafat?
SukaSuka
Terima kasih. Maaf, saya tidak punya buku-buku seperti itu. Salam.
SukaSuka
saat membaca alinea 1 dan 2 saja saya menyimpulkan ini ilmu iklas namun tdk tahu kalau ini namanya iklas. begitu ya pak
SukaSuka
IYa, terima kasih
SukaSuka