Mari Mengejar Kenikmatan

Conspirators of Pleasure, Jan Svankmajer

Oleh Reza A.A Wattimena

Setiap jengkal kehidupan di alam semesta ini selalu mencari kebahagiaan, dan menghindari penderitaan. Begitulah fakta semesta yang tak bisa dibantah. Salah satu unsur pembentuk kebahagiaan adalah kenikmatan. Maka, ia tak bisa dilangkahi begitu saja.

Di dalam hidup, kita harus mencari kenikmatan. Makanan yang nikmat akan membuat kita merasa segar. Tidur yang nikmat akan mengisi tenaga kita kembali. Persahabatan dan percintaan yang nikmat akan mengisi hidup kita dengan warna warni keindahan.    

Sayangnya, banyak orang salah paham. Mereka mencari kenikmatan tidak dengan sepenuh hati. Mereka tidak mencari kenikmatan tertinggi yang bisa diraih manusia. Padahal, kenikmatan yang tak sepenuh hati itu banyak efek samping yang merugikan.

Contohnya adalah seks, makan berlebihan, belanja berlebihan sampai dengan alkohol. Semuanya tentu memberi kenikmatan. Namun, bentuknya setengah hati, dan memiliki efek samping yang merugikan, jika tidak dilakukan secara sadar. Pendek kata, semuanya memberi kenikmatan sesaat dan setengah hati.

Kenikmatan tertinggi bisa diraih, jika orang paham jati diri mereka sebenarnya. Inilah kesadaran halus dibalik segala pikiran dan emosi yang muncul. Kesadaran ini menerima sepenuhnya apa yang terjadi disini dan saat ini. Kedamaian dan kebahagiaan pun muncul secara alami di dalam diri.

Inilah kenikmatan tertinggi yang bisa diraih manusia. Semua bentuk kenikmatan setengah hati, seperti seks, makan sampai dengan alkohol, menjadi tak lagi berarti. Itu semua bisa dilakukan dengan kesadaran, dan tidak dengan dorongan tanpa arah. Jika orang menemukan kenikmatan tertinggi di dalam dirinya ini, maka segala bentuk kekecewaan dan penderitaan di dalam hidup bisa dijalani dengan penuh kedamaian.

Maka, janganlah tanggung-tanggung di dalam mengejar kenikmatan. Kejarlah kenikmatan yang tertinggi, yakni pemahaman jati dirimu yang sesungguhnya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu. Inilah pengalaman saya, dan pengalaman jutaan orang lainnya yang menekuni jalan ini sebelum saya.

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

27 tanggapan untuk “Mari Mengejar Kenikmatan”

  1. ya, bung mena setiap kata jitu. bisa2 juga dibilang, kalau kita mau menikmati hidup , kita harus menanam”modal”dulu, baru kita dapat “keuntungan dalam bentuk kenikmatan hidup” , yang benar2 tidak dapat terbayar dg mata uang apapun. artikel diatas sangat “sejuk segar”, gitu mudah dimengerti, tetapi hindaran utama nya : apa yang berminat sanggup menanam “modal” dulu dan bekerja keras untuk mendapat ” keuntungan”…..walau semua kepentingan /”alat” 2 untuk bekerja selalu ada dalam diri kita sendiri……ha ha…”nalar sehat dan hati nurani”…lain2 nda ada.
    banya salam !!

    Suka

  2. Yang menjadi masalah, ketika orang bingung mencerna maksud dari kenikmatan tertinggi tersebut..jika maksudnya saja bingung, sudah hampir dipastikan cara untuk mencapainya juga bingung….

    Suka

  3. untuk menemukan kembali “nikmat tertinggi”dalam kepala , buang semua sampah, dan semua tantangan (der affengeist) itu energi yang di perlukan .
    salam hangat !!

    Suka

  4. untuk mengetahui jati diri saat ini, dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri sendir apa itu pemahaman jati diri yang sesungguhnya. kalau bukan gimana cara mengetahui pemahaman jati diri kita sendiri ?

    Suka

  5. Mother teresa pernah menulis

    “Tuhan ingin saya masuk dalam kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik. Kemelaratan para orang miskin pastilah sangat keras. Ketika saya mencari tempat tinggal, saya berjalan dan terus berjalan sampai lengan dan kaki saya sakit. Saya bayangkan bagaimana mereka sakit jiwa dan raga, mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan. Kemudian kenikmatan Loreto datang pada saya. ‘Kamu hanya perlu mengatakan dan semuanya akan menjadi milikmu lagi,’ kata sang penggoda… Sebuah pilihan bebas, Tuhanku, cintaku untukmu, aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala keinginan-Mu merupakan kehormatan bagiku. Aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata jatuh karenanya.”

    Dalam kutipan di atas, dalam penderitaan ada kebahagiaan, ada cinta yang ingin diberikan, ada kehormatan ketika ia melakukan keinginan Tuhan.

    Bagaimana menurut bapak, ada penderitaan dan ada cinta dalam bunda teresa?

    Bukankah seharusnya kebahagiaan hanya didalam Tuhan? Karena sejak awal manusia dicipta adalah untuk kemuliaan Tuhan, karena dosa maka manusia menjadi berpusat pada diri. Manusia menjadi sulit untuk melihat gambaran diri yang sesungguhnya karena keberadaan dosa.

    Identitas manusia yang sesungguhnya adalah manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, manusia menjadi memiliki akal budi, manusia mengenal apa itu konsep kesempurnaan walaupun dirinya tidak sempurna karena dosa, dan sudah seharusnya dalam identitas tersebut manusia menjadi mengenal dirinya dan apa yang menjadi tujuan hidupnya yaitu hidup untuk kemuliaan Allah.

    Bagaimana menurut bapak tentang identitas manusia yang harus dikembalikan kepada Allah, dan tujuan hidup adalah untuk kemuliaan Allah?

    Suka

  6. Apakah jati diri yang sbenarnya adalah jiwa kita yang mendiami tubuh ini dan menjalani hidup bersama pikiran dan emosi kita?

    Suka

  7. Apakah jati diri yang sbnrnya adalah jiwa kita yang tinggal didalam tubuh ini brsama pikiran dan emosi kita?

    Suka

  8. Terima kasih sudah berbagi. Pandangan di atas mungkin cocok untuk orang-orang Kristiani. Di luar tradisi itu, pandangan di atas terasa asing. Konsep dosa dan Tuhan yang anda tawarkan tidak bisa diuniversalkan begitu saja. Banyak pandangan lain yang jauh lebih tua di berbagai peradaban.

    Suka

  9. Jiwa identik dengan pikiran. Kata Roh mungkin lebih tepat. Namun, sejatinya, jati diri sejati kita tak memiliki nama. Menamainya berarti memasukkan dia ke dalam ranah pikiran dan konsep, sehingga akhirnya kacau lagi… disini, kita harus berhati-hati…

    Suka

  10. kebetulan saya liat komenrar tulisan 2 lama, ingin saya tulis -mengenai komentar bung mena / mother theresa – dosa – kristiani –
    saya sepakat dgn komentar bung mena. untuk saya semua machluk sama, dan berhak utk hidup tanpa “menyakiti” mahluk lain.
    menurut saya “dosa” itu hanya bikinan manusia belaka untuk menakut2 i sesama….(sebagai ancaman dari “agama”)

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.