“Perhatian” di 2018

Oleh Reza A.A Wattimena

Perhatian sudah menjadi barang langka sekarang ini. Begitu banyak gangguan menghantam pikiran kita setiap detiknya.

Serial film di televisi yang kita nantikan. Musik baru yang sedang hits. Gosip artis terbaru. Ini semua ditambah dengan beragamnya tawaran hiburan yang ditawarkan internet dan sosial media yang ada.

Itu semua dari luar. Ada juga gangguan dari dalam diri kita sendiri. Mereka adalah emosi, ketakutan, kecemasan, amarah, dendam, ambisi buta, kerakusan, iri hati dan sebagainya. Pikiran kita pun seringkali menipu kita dengan beragam cerita yang tak sesuai kenyataan.

Semua ini membuat kita kehilangan perhatian. Pikiran dan emosi kita hanyut ke berbagai arah, dan menciptakan banyak penderitaan yang tak perlu.

Diri dan Perhatian

Walaupun sudah menjadi barang langka, perhatian tak akan pernah musnah. Ia selalu ada, karena ia merupakan unsur terdalam dari diri manusia.

Apa yang kita sebagai “diri” (self) biasanya hanya merupakan kumpulan identitas sosial, seperti agama, ras, bangsa, negara, jenis kelamin, profesi, status pernikahan dan sebagainya. Itu semua hanyalah tempelan sosial yang bisa diganti dengan sangat mudah, jika kita membutuhkannya.

Jika itu semua dilepas, apa yang tersisa? Jawabannya gampang, yakni perhatian.

Selama kita hidup, perhatian akan terus ada. Perhatian itu pula yang membuat anda bisa membaca tulisan ini sekarang.

Resolusi 2018

Saya punya saran sederhana. Daripada kita membuat resolusi macam-macam di 2018, yang kemungkinan akan segera diabaikan, lebih baik kita membuat satu resolusi kecil, yakni lebih perhatian.

Perhatian pada apa? Perhatian kepada sekitar kita. Perhatian pada apa yang terjadi di panca indera kita. Perhatian pada napas yang kita lakukan setiap saat.

Seluruh hidup kita berubah, jika kita lebih perhatian. Usahakan untuk setiap saat memperhatikan panca indera kita atau napas kita. Merekalah yang membuat kita hidup.

Perhatian terhadap apa yang terjadi di dalam diri kita akan menghasilkan kedamaian dan kejernihan. Jika kita damai dan jernih, otomatis kita juga bisa damai dan jernih terhadap sekitar kita, lalu juga terhadap masyarakat dan alam sekitar kita.

Gampang kan?

 

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

13 tanggapan untuk ““Perhatian” di 2018”

  1. sepakat !! hanya kata terachir “gampang kan” adalah suatu “tantangan” yang tidak mudah diatasi. menurut pandangan saya di zaman beheula kita manusia lebih saling memperhatikan, baik positiv maupun negative, kita butuh / tergantung dari sesama manusia lainnya. di zaman kini dengan kecanggihan digital (sosmed) kita mudah dikelabui, dengan digitasilierung kita tidak gitu butuh pertolongan sesama. padahal justru terbalik effekt nya dan bahkan kita memerlukan pertolongan dari sesama lebih banyak dari pada dimasa lampau.
    kita hanya bisa dengan “nalar sehat dan hati nurani” memulai dengan diri kita sendiri perhatian dengan hal2 sederhana sehari2!
    itu pengalaman hidup saya, ingin saya anjurkan ke peminat2.
    saran 2 lain saya tunggu, juga diskusi dengan peminat2 lain saya harap bisa membuat forum ini benar2 hidup (lebendiges leben).
    salam hangat !!

    Suka

  2. pak reza,, apakah pak anda memiliki grup whatsapp utk berdiskusi atau sbg sarana menambah ilmu filsafat,,

    atau bs minta emailnya terlebih dahulu?

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.