Hantu itu Bernama Primordialisme…

Saatchi Art

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti Lintas Ilmu, Tinggal di Jakarta

Kurang lebih dua ratus tahun yang lalu, Karl Marx pernah menulis, “Ada hantu yang bergentayangan di Eropa…. Hantu komunisme.” Di jaman kita, kalimat ini harus dirumuskan ulang. Ada hantu yang bergentayangan di dunia… hantu itu bernama primordialisme.

Primordialisme adalah paham yang menekankan ikatan-ikatan primordial sebagai dasar utama bagi hubungan antar manusia. Ikatan-ikatan primordial tersebut adalah suku, ras, ikatan keluarga dan agama. Kedekatan primordial menjadi unsur utama dari hubungan pertemanan, percintaan sampai dengan hubungan bisnis. Tanpa dasar primordial semacam ini, hubungan manusia menjadi amat sulit, bahkan tidak mungkin.

Inilah yang kiranya menjadi Zeitgeist di jaman kita. Dunia bergerak ke kanan, dan menjadi semakin konservatif. Cita-cita kemanusiaan universal atau bahkan kosmopolitanisme (kesadaran sebagai warga semesta) menjadi slogan semata, tanpa tindakan nyata. Solidaritas antar bangsa hanya indah terdengar di rapat-rapat PBB, namun tak menyentuh kenyataan sehari-hari hubungan antar manusia.

Primordialisme setidaknya menyerang empat tingkat hubungan antar manusia. Pertama, primordialisme menyerang hubungan pertamanan. Orang Jawa hanya mau berteman dengan orang Jawa. Orang Islam hanya mau berteman dengan orang Islam yang sealiran. Orang Eropa hanya mau berteman dengan orang Eropa.

Dua, primordialisme juga menghantam hubungan percintaan. Orang Batak hanya mau menjalin hubungan kasih dengan orang Batak yang dianggap pantas. Orang Kristen hanya mau menjalin kasih dengan orang Kristen. Percintaan antar budaya dan antar agama menjadi sesuatu yang dianggap jahat.

Tiga, primordialisme juga terjadi di dalam hubungan bisnis. Orang Ambon hanya mau berbisnis dengan orang Ambon. Orang Tionghoa hanya mau bekerja dengan orang Tionghoa. Kemampuan profesional menjadi nomor dua, dan hubungan primordial menempati peran utama.

Empat, primordialisme juga menyerang rasa kebangsaan. Orang tidak lagi melihat orang yang berbeda suku, ras dan agama sebagai saudara sebangsa. Rasa kebangsaan hancur dimangsa kesempitan berpikir yang menjadi roh utama primordialisme. Gerakan-gerakan religius radikal di berbagai belahan dunia merupakan bentuk nyata dari primordialisme semacam ini.

Primordialisme berakar pada dua hal. Pertama, ia berakar pada ketakutan. Orang takut untuk membentangkan hubungan dengan orang-orang yang berbeda latar belakang darinya. Ia terjebak pada ketakutannya sendiri, dan hidup di zona nyaman primordial yang menumpulkan solidaritas.

Dua, akar dari ketakutan adalah ketidaktahuan. Sikap primordial berkembang, ketika orang tak paham tentang jati dirinya sendiri. Orang mengira, bahwa identitas sosial adalah sesuatu yang nyata dan mutlak. Padahal, jika dilihat lebih dalam, identitas sosial hanya merupakan hasil kesepakatan yang bersifat sementara.

Jika primordialisme dibiarkan berkembang, seperti sekarang ini, maka perpecahan adalah buahnya. Masyarakat akan terpecah ke dalam kotak-kotak suku, ras dan agama, sehingga tidak mungkin lagi bekerja sama untuk mewujudkan kebaikan bersama. Tidak hanya itu, tanpa dasar rasional yang bersifat universal dan kosmopolit di dalam hubungan antar manusia, solidaritas pun sulit tercipta. Tanpa solidaritas, prasangka buruk akan menjadi udara kehidupan bersama.

Primordialisme juga menjadi akar bagi segala bentuk diskriminasi dan rasisme. Orang melihat kelompok lain sebagai kelompok yang lebih rendah, bahkan bukan manusia. Ketika diskriminasi dan rasisme menjadi pola hubungan antar manusia, maka konflik pun tak bisa dihindari. Masyarakat yang dilanda konflik berkepanjangan akan terjebak pada keterbelakangan di berbagai bidang kehidupan.

Primordialisme ada sebagai dasar identitas. Ia ada untuk dilampaui, sehingga orang bisa memeluk paham kemanusiaan dan kosmopolitanisme yang bersifat universal. Primordialisme yang sehat adalah primordialisme yang bersedia membuka dirinya sendiri. Inilah yang kiranya terlupakan di dalam keseharian kita dewasa ini.

 

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

20 tanggapan untuk “Hantu itu Bernama Primordialisme…”

  1. Mas reza, saya pengajar filsafat logika, filsafat ilmu, hermenetik dan rumpun rumpunnya di uin raden fatah plg, baik di program, s3, s2 dan s1. Saya alumni s3 filsafat ugm yogyakarta. Seringkali kesulitan menemukan literatur. Terpaksa sata seringkali bolak balik ke jogja tuk cari literatur. Berkenan kiranya membantu saya dlm setiap kali ada perjembangan signifikan terksi filsafat dlm berbagai bentuknya. Terimakasih tlh mengirim berbagai tulisan kpd saya via email selana ini. Jika tudak berkeberatan mohon kontak person. Kontak saya di 081367598600

    Suka

  2. thema diatas sangat dalam diteliti. nurut pandangan saya, untuk mengatasi hantu tsb, ada baik nya kita memperkecil 2 akar sebab musabab nya(ketakutan dan ketidak tahuan). kita patut menyadari dan menerima kelemahan tsb, baru kita mampu memulai mereda kan akar2 nya. saya sengaja tidak menulis mengikis dan membasmi akar, itu sifat disetiap manusia. ada baik nya diperkecil se bisa nya. nurut pengalaman saya, hal2 tsb bisa di atasi dengan kehidupan spiritual yang serius dan konsequent. harap pandangan saya dapat menggugah dan meng inspirasi peminat2 lain. salam hangat !!

    Suka

  3. Menarik sekali pembahasan di atas, Pak. Boleh ya saya tanya?

    Spirit primordial itu asalnya “tertanam” dalam diri manusia atau masuk dari luar diri manusia?

    Misalkan seks, jika primordialisme memang ada dalam diri manusia, kemudian mengendaki manusia berorientasi seks secara berlawanan jenis, namun kenyataannya masih ada beberapa orientasi seks sesama jenis. Dan kalaupun, primordialisme itu berasal dari luar diri manusia, misalkan aturan, anggapan, dogma, doktrin yang terlembagakan di dalam adat, suku, agama atau klan namun tetap ada penyimpangan orientasi seks.

    Dan, terakhir: apakah primordialisme yang merupakan suatu spirit yang sangat amat mendasar ini mutlak mengkontrol manusia?

    Suka

  4. Salam kenal. Terima kasih.

    Primordialisme adalah identitas sosial yang lahir dari lingkungan sosial manusia.

    Orientasi seks juga bisa karena dorongan alamiah biologis, jadi datang dari alam, dan bukan karena lingkungan sosial. Kita harus jeli membedakannya.

    Primordialisme mempengaruhi manusia. Namun, dengan kesadaran dan kebebasannya, manusia bisa mempertanyakannya.

    Suka

  5. pertanyaan bapak “metode spiritual” sangat sulit untuk di jawab, walau pun ada jawaban konkret. saya pernah sekilas membaca info2 serius di internet.
    untuk peminat di indonesia bisa cari info : subud (susilo, budi, dharma ) , subud sd tersebar di 125 negara, di indonesia ada cabang2, di seluruh dunia kata “latihan”di gunakan utk meditasi.

    sufi, sangat saya anjurkan.

    “meditasi kristiani”, di beberapa kota di jawa (jogja, surabaya, malang), mungkin literatur penuntun dr pater john main

    meditasi dr kelompok buddha
    zen master sheng yen (alm./taiwan/ drum mountain )

    di singapura ada website utk spiritual kelompok2 besar, cari nya sangat mudah. kelompok thic nhat thanh juga ada di singapura.
    sangat baik.

    dengan kelompok kejawen, saya tidak gitu tahu. perlu di teliti lebih lanjut.

    ada baik nya peminat cari2 dan coba2 sendiri. dalam bidang spiritual harus di alami sendiri2, bukan berdasarkan kepercayaan.
    saya sendiri memerlukan 30 tahun untuk menemukan jalan saya.
    walau saya tidak yakin, menjalan i jalan tersebut sampai achir hidup.
    sangat saya anjurkan untuk mempermudah pengertian, peminat2 membaca cerpen zen (die zen geschichten), yang begitu banyak dan begitu menginspirasi.
    perlu saya tulis disini, kalangan2 agama (apapun), yg tidak mengerti kehidupan spiritual , bahkan menghalangi peminat2, yang lagi “mencari jalan”.

    Suka

  6. saya sepakat dengan penjelasan pak wattimena. primordialisme adalah pengaruh dari luar. hal ini sangat menghambat kehidupan, sebab kita begitu terikat.
    menurut perkiraan saya orientasi seks di pengaruhi dengan begitu banyak faktor. kita tidak tahu sebab musabab kelainan seks, kita tidak tahu apa yang di alami oleh tersangkut. ada baik nya , kalau kita menghormati yang bersangkutan, seperti kita menghormati kita sendiri. kami semua dari asal yang sama seperti ombak dan samudra. untuk kita pun suatu “kekayaan hidup” , untuk mampu mengatasi konsept dan bayangan dalam kepala kita. semua adalah hambatan belaka. dan kita juga termasuk dalam system.

    Suka

  7. Salam kakak,saya mau bertanya apakah anda marxis,jika iya apakah teori karl marx masih dapat dijalankan pada masa kini terutama pada unsur politik dan ekonomi yg semuanya telah berkiblat kearah liberalis-kapitalis,thanks

    Suka

  8. Saya bukan Marxis. Saya Reza. Teori Marx masih menjadi sumber analisis yang kuat untuk memahami keadaan kita sekarang, misalnya teori basis produksi, teori nilai tambah, teori pertentangan kelas, teori alienasi dan banyak lagi. Silahan didalami secara kritis dan analitis.

    Suka

  9. menanggapi kata pak reza diatas “mencari jalan”, saya jadi ingat ” die 10 ochsen bilder”, yang sering di rezitieren semasa sesshin. dengan senyum saya hanya bisa menganjurkan rekan2 lain untuk memprihatikan kehidupan spiritual. mungkin sulit untuk dipahami dengan intellekt. kita menggugah hati kita, sedikit demi sedikit, dengan kesadaran dan kewaspadaan disetiap saat.
    salam hangat.

    Suka

  10. menanggapi komentar saudara monalisa tentang teori marx, menurut pandangan saya itu hanya utopia. kita sudah mengalami untuk jangka panjang negara2 besar yang berdasarkan teori marx, runtuh dengan sendiri nya. kita lihat akibat teori tsb di negara2 yang memerlukan beberapa generasi untuk mengarah jalan pikiran kearah yang sehat, tidak terlupakan betapa besar kerusakan dalam bentuk apapun yang disebabkan oleh teori tsb. (alam, ikatan /diktatur)

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.