Kejujuran dan Kepercayaan

Pinterest

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti Lintas Ilmu, Tinggal di Jakarta

Tunggu dulu. Dua kata ini, yakni kejujuran dan kepercayaan, memang tampak terkait erat. Sekilas, orang akan mengira, bahwa tulisan ini akan mengajarkan hal-hal luhur terkait moralitas, yakni bahwa orang yang jujur akan mengundang kepercayaan. Saya tidak mau membahas soal itu.

Sejujurnya, dua hal ini, yakni kejujuran dan kepercayaan, bisa dilihat dengan cara berbeda. Keduanya saling bertentangan, bahkan meniadakan satu sama lain. Kejujuran terkait kebesaran hati seseorang untuk menyatakan sesuatu sebagaimana adanya. Kepercayaan terkait dengan sikap keras kepala untuk yakin pada sesuatu yang sama sekali belum jelas.  

Jika kita jujur, kita akan berkata, bahwa sesungguhnya kita tidak tahu apa-apa. Semua pengetahuan kita hanya merupakan perkiraan cerdas semata, tanpa ada unsur kepastian di dalamnya. Jika kita jujur dengan ini, maka kita bisa mulai belajar, dan melihat dunia dengan keterbukaan pikiran. Dunia lalu menjadi tempat yang penuh dengan pertanyaan menarik untuk dijawab.

Kepercayaan memiliki pola yang berbeda. Orang percaya cenderung tidak bertanya. Mereka menerima begitu saja apa kata orang, terutama orang-orang yang dianggap berpengaruh di lingkungan sosial mereka. Kepercayaan membuat pikiran dan pertanyaan menjadi beku.

Kejujuran mengakui, bahwa kita tidak tahu, merupakan awal dari pengetahuan. Inilah yang mendorong para filsuf pertama untuk memikirkan tentang alam dan kehidupan dengan akal budinya. Inilah pula yang melahirkan ilmu pengetahuan maupun teknologi, sebagaimana kita nikmati sekarang. Seni dan kebudayaan agung juga lahir, ketika manusia mengakui secara jujur, bahwa ia tidak bisa tahu sepenuhnya tentang inti dari kehidupan ini.

Sebaliknya, kepercayaan adalah awal dari kesempitan berpikir. Ketika orang sudah percaya, ia tidak mau mendengar pandangan lain. Ia menjadi buta dan fanatik dengan pandangannya sendiri. Perilakunya menjadi kasar, diskriminatif dan memicu konflik maupun perang dengan orang lainnya yang berbeda pandangan.

Ketidaktahuan adalah kecerdasan alami manusia. Di dalamnya, ada peluang untuk memahami inti dari kehidupan alam semesta ini yang sesungguhnya. Ketidaktahuan menghasilkan kerendahan hati sekaligus rasa takjub terhadap segala yang ada. Ketidaktahuan yang jujur adalah dasar utama dari kebijaksanaan yang sejati.

Agama dan ideologi (seperti nasionalisme, komunisme, liberalisme dan isme-isme lainnya) seringkali berubah menjadi sebentuk kepercayaan buta yang membuat kita menjadi sempit dalam berpikir, dan kasar di dalam pergaulan dengan orang lain yang berbeda. Sebaliknya, ketidaktahuan menghasilkan kelembutan hati serta welas asih. Inti spiritualitas dan religiositas terdasar manusia terletak pada kerendahan hati di hadapan alam semesta yang tak pernah bisa sepenuhnya dipahami dengan akal budi. Disinilah segala sesuatu berawal, dan kembali nantinya.

 

 

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

12 tanggapan untuk “Kejujuran dan Kepercayaan”

  1. Salam kenal pak Reza, saya sering baca tulisan pak Reza yang bagus ini. Bolehkah saya meminta saran pak? Gimana cara menulis yang baik? Padahal, saya sudah suka membaca tetapi bingung ketika mau nulis dimulai dari mana?

    Suka

  2. Maaf sebelumnya kak reza, saya kurang paham dengan ketidaktahuan, jadi mohon di jelaskan maksud dari ketidaktahuan tersebut. Terima kasih.

    Suka

  3. maaf, saya masi gak paham bagaimana bisa suatu kejujuran dan kepercayaan di satukan pada konteks yg sama. bukakan rasa ingin tahu yang membuat manusia berfikir tentang alam semesta ini.

    Suka

  4. kejujuran bahwa kita tidak tahu adalah amat penting, supaya tidak terjebak pada pengetahuan yang salah. Kepercayaan seringkali berbentuk kepercayaan buta yang berubah menjadi sikap tertutup dan penuh kekerasan… ini yang harus dihindari..

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Yoga

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.