
Oleh Reza A.A Wattimena
Dosen Hubungan Internasional, Universitas Presiden, Cikarang, Peneliti di President Center for International Studies (PRECIS)
Dunia ini… panggung sandiwara.. ceritanya mudah berubah…. Begitulah lirik lagu rock klasik Indonesia yang berjudul panggung sandiwara. Ada untaian kebijaksanaan di dalam lirik tersebut. Memang, setiap orang memiliki peran di hidup ini. Namun, peran ini tidaklah tetap, melainkan terus berubah, sesuai keadaan.
Hidup ini bagaikan bermain sinetron. Kadang, kita memainkan peran orang yang berhasil. Kadang, kita memainkan peran orang yang gagal. Tak ada yang abadi.
Teori Permainan
Simon Sinek, pemikir kepemimpinan asal AS, melihat hidup dalam kaca mata teori permainan. Di dalam teori ini, ada dua bentuk permainan, yakni permainan tak terbatas, dan permainan terbatas. Orang yang memainkan permainan tak terbatas (infinite game) akan bermain untuk bisa tetap bermain. Ia bermain untuk jangka panjang dengan aturan permainan yang terus berubah.
Di sisi lain, di dalam permainan terbatas (finite game), orang bermain untuk menang. Ini mirip pertandingan sepak bola. Ada aturan yang tetap, dan semua orang bermain untuk menang. Setelah pertandingan selesai, semuanya pun selesai.
Dalam Organisasi
Kedua bentuk permainan tersebut pun bisa diterapkan di dalam organisasi. Organisasi, yang memainkan permainan tak terbatas (infinite game), tidak berambisi untuk memenangkan persaingan. Tujuan dasar mereka adalah untuk tetap ada dalam jangka panjang. Untuk itu, mereka harus berubah, sesuai dengan perubahan keadaan.
Organisasi dengan permainan tak terbatas berkembang secara bertahap. Mereka tidak rakus. Kadang, mereka memenangkan persaingan. Kadang, mereka kalah.
Mereka tak pusing dengan ranking. Mereka tak pusing dengan siapa yang nomor satu. Fokus mereka adalah untuk terus berkembang lebih baik dari sebelumnya. Saingan utama mereka bukanlah organisasi lain, melainkan diri mereka sendiri.
Sebaliknya, organisasi, yang memainkan peranan terbatas (finite game), akan bergerak cepat dan ambisius. Mereka ingin menjadi yang nomor satu. Mereka ingin terus mengalahkan semua pesaing, dan menguasai pasar.
Fokus mereka adalah mengalahkan lawan. Untuk itu, mereka bersedia mengeluarkan uang banyak, bahkan berhutang, jika diperlukan. Akibatnya, stamina mereka lemah. Setelah beberapa waktu, dan mungkin sempat menjadi yang nomor satu, mereka akhirnya menghilang.
Apa Permainanmu?
Jika ditanya, apa permainanmu? Banyak orang akan menjawab, mereka memainkan permainan terbatas (finite game). Banyak orang, termasuk pimpinan organisasi-organisasi besar, sibuk berkonsentrasi untuk mengalahkan semua pesaing. Akibatnya, mereka menjadi agresif.
Karena ambisi yang buta, mereka pun kehilangan banyak sumber daya. Organisasi semacam ini akan melejit cepat, dan menghilang ditelan waktu. Di Jepang, perusahaan Kodak adalah perusahaan yang bermainan dengan permainan terbatas. Di Indonesia, seven eleven adalah contoh yang paling cocok.
Di dalam politik global, banyak negara juga memainkan permainan terbatas. Mereka sibuk untuk menjadi yang nomor satu. Mereka tergila-gila dengan ranking. Mereka menghabiskan banyak sumber daya untuk mengalahkan negara-negara lainnya dalam percaturan politik dunia.
Negara-negara semacam ini cepat naik dan cepat juga hilang. Stamina mereka lemah. Tata kelola pembangunan mereka tidak langgeng. Krisis pun seringkali menghantam mereka.
Sebaliknya, negara-negara, yang memainkan permainan tak terbatas, lebih tenang. Mereka berkembang secara bertahap. Mereka tidak sibuk dengan ranking. Mereka tak ingin menjadi nomor satu, dan tak ingin menguasai dunia.
Warganya hidup dalam kecukupan. Politik dan ekonomi pun berjalan stabil. Pertumbuhan ekonomi bukan menjadi tujuan utama. Tujuan utamanya adalah untuk tetap ada sebagai negara yang adil dan makmur, walaupun tak terdengar di gejolak politik dunia.
Maka, sekali lagi, saya bertanya, apa permainanmu?
Sangat menginspirasi pak.
Dari tulisan ini mendapat kaca mata baru dalam memandang suatu realita kehidupan.
Salam damau pak.
Semoga sehat selalu.😊
SukaSuka
terima kasih.. selamat belajar
SukaSuka
Pak Reza,saya adalah orang yang baru belajar menenai filsafat,jadi mohon bimbingannya. Hehehehe
Tapi Bukankah untuk menstabilkan perekenomian disebuah negara maka fokus utama yang harus dikerjakan adalah menggenjot pertumbuhan ekonomi?????
SukaSuka
Keliatan di Indonesia banyak permainan terbatas, ya Bang. Banyak orang berlomba-lomba menjadi nomor satu dengan menghalalkan segala cara.
SukaSuka
ya… sayangnya begitu
SukaSuka
sama2 belajar ya. Pertumbuhan tanpa pemerataann itu ilusi. Akhirnya tercipta masyarakat yang penuh dengan kesenjangan ekonomi.
SukaSuka
Kata ahmad albar, dunia panggung sandiwara. Setuju.
SukaSuka
hehehe.. setuju juga
SukaSuka
apakah konsep permaian ini sejalan dengan pemikiran johan huizinga (homo ludens) manusia sebagai mahluk yang bermain?
SukaSuka
Saya kurang paham pemikirannya. Bisa dijelaskan lebih jauh?
SukaSuka