Kanker itu Bernama Kesenjangan Global

fgl2
The Kiss- Read Opium

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen Hubungan Internasional, Universitas Presiden, Cikarang

Berapa gaji presiden direktur sebuah perusahaan swasta menengah di Jakarta? Bandingkan dengan gaji seseorang yang baru saja lulus kuliah.

Anda pasti akan menemukan jarak yang amat besar, apalagi jika anda bekerja di perusahaan multinasional dengan modal raksasa. Banyak orang tidak lagi mempertanyakan hal ini, karena sudah menjadi bagian hidup sehari-hari masyarakat Indonesia.

Di tengah peliknya kompetisi ekonomi nasional, yang kaya semakin kaya, sementara yang miskin justru semakin miskin. Terciptalah kesenjangan sosial yang amat besar antara si kaya dan si miskin.

Yang satu sibuk memikirkan mau nongkrong di mall mana nanti malam. Yang lain sibuk memikirkan mau makan apa nanti malam.

Keadaan ini semakin lama semakin menjadi biasa di Indonesia. Berbagai kebijakan hukum dan politik tidak berniat mengubah hal ini, bahkan kerap kali justru memperkuatnya.

Kesenjangan sosial yang besar juga dapat ditemukan di tingkat internasional. Dunia seolah terbelah dua antara negara-negara Utara yang kaya, seperti Jerman, Jepang, AS dan Kanada si satu sisi, dan negara-negara Selatan yang miskin, seperti Nigeria, Vietnam, dan Indonesia.

Kesenjangan ini semakin besar, layaknya kanker global, dan menciptakan banyak masalah lainnya yang meresahkan. Apa sebenarnya penyebab kesenjangan sosial di tingkat nasional maupun global ini?

Akar Penyebab

Ada empat penyebab dari kesenjangan sosial. Pertama, kesenjangan terjadi, karena kesalahan pembuatan kebijakan politik dan ekonomi yang membatasi kaum miskin untuk berkembang, dan mempermudah kaum kaya untuk memperbesar kekayaannya.

Kesalahan kebijakan ini terjadi dalam bentuk penerapan pajak dan subsidi yang tidak tepat. Orang kaya justru mendapat subsidi untuk semakin kaya, sementara orang miskin justru kesulitan berkembang, karena pajak yang mengekang.

Dua, kebijakan politik dan ekonomi juga banyak menyimpang, karena pengaruh dari kaum oligarki terhadap politik. Dalam arti ini, oligarki adalah sekumpulan orang kaya yang menggunakan kekuasaannya untuk menentukan arah kebijakan politik dan ekonomi yang menguntungkan mereka, dan merugikan rakyat banyak.

Bisa dibilang, politik dunia saat ini dikendalikan oleh oligarki global. Berbagai perjanjian internasional dibuat demi kepentingan kaum oligarki global ini dengan mengorbankan kepentingan banyak pihak, termasuk kepentingan pelestarian alam.

Tiga, masyarakat luas juga turut ambil bagian di dalam terciptanya kesenjangan global ini. Banyak orang masih hidup dengan kesalahan cara berpikir yang disebarkan oleh para ahli yang ditunggangi oleh kepentingan para oligarki global.

Kapitalisme dalam bentuk pasar bebas tanpa aturan dianggap sebagai jalan terbaik menuju keadilan dan kemakmuran. Pandangan ini tersebar begitu luas dan dianggap benar, akibat pola penyebaran informasi yang dikendarai kepentingan para oligarki global melalui berbagai media yang ada.

Empat, kesenjangan global yang semakin besar terjadi, akibat lemahnya perlawanan dari pihak-pihak yang dirugikan. Para korban globalisasi tidak memiliki ideologi yang kuat untuk mengorganisir dan mengarahkan diri bersama, sehingga tetap tertindas, dan tak mampu melawan.

Para korban globalisasi, yakni kaum miskin di berbagai tempat, kerap terpecah dan terjebak di dalam kesulitan hidup mereka. Mereka memerlukan sudut pandang baru untuk bisa mengorganisir diri, melawan ketidakadilan global dan mengubah struktur sosial yang ada.

Dampak

Kesenjangan global adalah kanker dunia. Ia merusak segala yang ada, dan menghancurkan semuanya pada akhirnya.

Ini dapat dengan langsung dilihat dari tiga dampak langsung dari kesenjangan global. Pertama, kesenjangan global akan menciptakan kecemburuan sosial yang besar.

Kecemburuan sosial ini akan menciptakan suasana hidup bersama yang tidak nyaman. Pemandangan kontras antara mobil dan rumah mewah di satu sisi, serta gubuk dan gerobak jorok di sisi lain akan menjadi bagian dari hidup sehari-hari.

Dua, keadaan ini menciptakan banyak masalah lainnya, salah satunya adalah kriminalitas. Akibat kemiskinan dan kecemburuan sosial yang menumpuk, orang lalu merasa terjepit, dan akhirnya melakukan tindak kriminal, sekedar untuk mempertahankan kehidupan diri dan keluarganya.

Hidup bersama lalu diselubungi oleh rasa tidak aman. Orang bersikap curiga satu sama lain, karena kriminalitas yang semakin besar, buah dari kesenjangan dan kecemburuan sosial yang ada.

Tiga, keadaan seperti itu adalah keadaan yang subur untuk lahirnya terorisme. Terorisme selalu mengawinkan kemiskinan dengan tafsir ajaran yang salah, baik itu ajaran agama, maupun filsafat.

Terlebih, kesenjangan global akan membuat hubungan antar bangsa menjadi tegang dan dipenuhi konflik. Ini tentunya membuka peluang untuk perang dalam segala bentuknya, mulai dari perang siber, perang urat saraf sampai dengan perang terbuka.

Melampaui Kesenjangan

Karl Marx, pemikir asal Jerman, sudah lama menganalisis hal ini. Di mata dia, kelas kaya, yakni kelas pemilik modal, dan kelas miskin, yakni kelas pekerja, akan secara otomatis saling berbenturan.

Jumlah kelas kaya akan semakin sedikit, dan semakin kaya. Sementara, jumlah kelas miskin akan semakin besar, dan semakin miskin.

Pada satu titik akan terjadi revolusi kelas pekerja yang akan menciptakan masyarakat tanpa kelas. Revolusi ini terjadi secara alamiah sebagai bagian dari sejarah alamiah manusia.

Sulit membayangkan saat ini, bahwa analisis Marx akan menjadi kenyataan. Kelas pekerja masih miskin ideologi, dan sulit mengorganisir diri.

Sementara, kelas pemilik modal masih amat kuat mengendalikan gerak politik dan ekonomi dunia. Cara pandang lain kiranya diperlukan.

Thomas Piketty di dalam bukunya The Capital in 21st Century menawarkan jalan lain, yakni memberikan pajak tidak hanya untuk penghasilan, tetapi juga untuk aset-aset warisan di berbagai negara. Hasil dari pajak itu lalu disalurkan untuk berbagai proyek pengembangan, baik di tingkat nasional maupun internasional, seperti penyediaan air bersih, ketahanan pangan, penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan pelayanan kesehatan yang memadai.

Peran negara amatlah besar di dalam hal ini. Maka dari itu, birokrasi pemerintahan dan lembaga hukum yang ada haruslah bersih dari segala bentuk korupsi, kolusi maupun nepotisme.

Ada dua tantangan yang perlu ditanggapi secara serius. Pertama, kelompok oligarki global akan terus melakukan perlawanan dengan berbagai cara terhadap upaya ini.

Dua, kelas pekerja dan kaum miskin seluruh dunia akan terus diancam perpecahan, jika tidak memiliki ideologi yang kokoh dan kritis. Di dalam keadaan seperti ini, mereka akan sulit memperjuangkan hak-haknya yang sah sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat.

Kesenjangan global adalah kanker dunia. Jika tidak segera ditanggapi dengan tepat, ia akan mendorong perang dunia ketiga, dan mungkin kehancuran umat manusia…

 

 

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

7 tanggapan untuk “Kanker itu Bernama Kesenjangan Global”

  1. Membaca tulisan ini, saya diingatkan akan salah satu artikel dimana bapak berkata bahwa mudah bagi orang asing (Amerika, Inggris, Kanada dll) untuk wisata ke Indonesia sampai berminggu-minggu/berbulan-bulan tapi sulit bagi orang Indonesia untuk wisata ke Amerika.
    Saya sekarang bekerja sebagai trader forex. Walau saya masih pemula tidak butuh waktu lama atau analisis mendalam untuk melihat betapa tidak adilnya dunia ini. Saya melihatnya melalui pergerakan indeks harga saham. Bayangkan pak, bila IHSG atau indeks harga saham di Asia lainnya turun atau naik tidak berarti apa-apa namun jika indeks saham Amerika entah naik atau turun pasti mempunyai pengaruh yang besar dan luas ke semua negara. Mungkin inilah alasan kenapa Soekarno anti imperialis. politik kita ditunggangi, ekonomi kita dipecundangi, SDA kita dikeruk, masyarakat kita dibodohi selanjutnya apa?

    Suka

  2. Membaca tulisan ini, saya diingatkan akan salah satu artikel dimana bapak menulis bahwa mudah bagi orang asing (Amerika, Inggris, Kanada dll) untuk wisata ke Indonesia sampai berminggu-minggu/berbulan-bulan tapi sulit bagi orang Indonesia untuk wisata ke Amerika.
    Saya sekarang bekerja sebagai trader forex. Walau saya masih pemula tidak butuh waktu lama atau melakukan analisis mendalam untuk melihat betapa tidak adilnya dunia ini. Saya melihatnya melalui pergerakan indeks harga saham. Bayangkan pak, bila IHSG atau indeks harga saham di Asia lainnya turun atau naik tidak berarti apa-apa namun jika indeks saham Amerika entah naik atau turun pasti mempunyai pengaruh yang besar dan luas ke semua negara. Mungkin inilah alasan kenapa presiden kita, Soekarno, anti imperialis. Politik kita ditunggangi, ekonomi kita dipecundangi, SDA kita dikeruk, masyarakat kita dibodohi selanjutnya apa?

    Suka

  3. Karena saya bergerak dalam bidang ekonomi mungkin saya akan menjawabnya dari sudut pandang ekonomi. Saya percaya langkah-langkah ini:
    1. Kita harus gencar memproduksi dan memakai barang produksi dalam negeri. Tentunya kualitasnya pun harus baik jangan memntingkan hanya kuantitas.
    2. Ini rada ekstrim, menurut saya Indonesia harus gencar menggunakan mata uang Rupiah sebagai alat pembayaran. Kalau orang asing mau berinvestasi di Indonesia dan dananya Dollar atau mata uang asing lainnya. Kuba memakai cara ini, pada awalnya mereka mengalami masalah terhadap nilai tukarnya tapi lambat laun nilai tukar mata uangnya menguat dan stabil.
    3. Kita juga harus menumbuhkan wirausaha dikalangan anak muda. Bukan cuma menggencarkan seminar tapi juga harus ada sokongan modal.
    4. Iklim investasi juga harus dikembangkan. Kita mempunyai banyak instrumen untuk investasi tapi hanya segelintir orang yang mau berinvestasi. Kebanyakan orang Indonesia masih takut untuk berinvestasi dan memilih membuka usaha sehingga pasar modal Indonesia kebanyakan dikuasai oleh investor asing yang secara pengetahuan dan dana jauh unggul diatas orang Indonesia. Harus ada seminar-seminar dan iklan yang masif sehingga masyarakat teredukasi.

    Mungkin hanya itu dari saya pak, kalau menurut bapak?

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.