Adu Domba

a0f77f31f6881ca2b404deb2e1ac106d
pinterest.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya

Taktik adu bomba mungkin adalah taktik yang paling jitu untuk menjajah bangsa lain. Taktik ini tidak membutuhkan biaya banyak, namun amat efektif untuk melemahkan lawan. Ia menjadi taktik utama dari berbagai penguasa absolut di sepanjang sejarah manusia untuk menjajah dan menaklukan. Tingkat keberhasilannya pun nyaris sempurna.

Logika Adu Domba

Taktik adu domba menggunakan logika adu domba. Ada empat ciri utama dari logika ini. Yang pertama adalah penciptaan perpecahan di dalam masyarakat.

Logika adu domba dimulai dengan menyebarkan sebuah berita tertentu yang menciptakan perpecahan dan kecurigaan di dalam kelompok tertentu. Berita ini begitu sensasional, dan biasanya amat sulit untuk diperiksa kebenarannya. Banyak orang resah atas berita ini. Keresahan serta kecurigaan tersebut lalu menciptakan perpecahan di dalam kelompok, yang akhirnya melemahkan persatuan serta kesatuan kelompok tersebut.

Pemerintah Romawi Kuno menggunakan taktik ini, ketika mereka menyerbu Yunani sekitar 200 tahun sebelum Masehi lalu di Eropa. Keduanya adalah negara yang kuat. Namun, Yunani menjadi lemah, karena ada perpecahan di dalam negaranya. Perpecahan tersebut disebabkan oleh taktik adu domba yang digunakan oleh tentara Romawi.

Ciri kedua adalah adanya pihak-pihak tertentu di belakang layar yang memperoleh keuntungan dari perpecahan yang ada. Pihak-pihak ini biasanya adalah pihak asing yang memiliki kepentingan tertentu, terutama kepentingan politik dan ekonomi. Mereka bertanggung jawab atas berita yang tersebar dan meresahkan masyarakat. Mereka dikenal sebagai provokator atau aktor di belakang layar yang memicu perpecahan.

Belanda menggunakan taktik ini, ketika ia hendak menjajah Indonesia lebih dari 300 tahun yang lalu. Beragam kerajaan yang ada diadu domba, sehingga mereka saling curiga dan bahkan berperang satu sama lain. Akibatnya, mereka menjadi lemah, dan dengan mudah dikalahkan oleh Belanda. Belanda lalu akhirnya menjadi penguasa politik dan ekonomi di berbagai pulau di Indonesia.

Ciri ketiga adalah kerja sama terselubung. Di balik kecurigaan dan perpecahan yang terjadi, ada pihak dari luar yang mengajak salah satu dari pihak yang terpecah tersebut untuk bekerja sama. Mereka lalu membentuk persekutuan terselubung. Namun, yang kerap terjadi adalah persekutuan tersebut lalu hancur, karena pihak dari luar mengingkari janji mereka.

Inilah pola yang digunakan tentara Amerika Serikat untuk menghancurkan beragam Suku Indian yang ada di Amerika Utara. Pemerintah AS menyebarkan beragam berita bohong, guna memecah kerja sama di antara berbagai Suku Indian di Amerika Utara. Pemerintah AS lalu mengajak salah satu suku untuk bekerja sama, guna menghancurkan suku Indian lainnya. Namun, kerja sama tersebut lalu hancur, ketika pemerintah AS mengingkari janji mereka, dan justru menyerang sekutunya. Ini terjadi berulang kali di Amerika Utara.

Ciri keempat adalah pengalihan isu dan sumber daya. Perpecahan dan kecurigaan yang terjadi biasanya membuat kelompok masyarakat tersebut melupakan hal-hal yang penting. Mereka menghabiskan sumber daya mereka untuk berperang satu sama lain, sehingga kekuatan ekonomi dan budaya mereka pun melemah. Di dalam keadaan itu, pihak dari luar bisa dengan mudah datang dan menghancurkan mereka.

Kerajaan Inggris menggunakan taktik ini, ketika mereka hendak menguasai Cina pada awal abad 20 yang lalu. Mereka memaksa kekaisaran Cina untuk terus berperang dengan kelompok pemberontak yang diciptakan oleh kerajaan Inggris. Akibatnya, begitu banyak sumber daya ekonomi habis untuk berperang, dan Cina pun lalu menjadi lemah. Kerajaan Inggris lalu menyerang Cina, walaupun tidak pernah bisa sepenuhnya menaklukkan Cina.

Seperti sudah kita lihat, taktik adu bomba sudah begitu sering digunakan di dalam sejarah oleh para penjajah di berbagai belahan dunia. Mereka ingin memperluas kekuasaan dan mengeruk keuntungan ekonomi secara tidak adil dari bangsa-bangsa lain. Begitu banyak orang mati, akibat taktik ini. Begitu banyak kerajaan dan bangsa hancur, akibat taktik ini

Sikap Kritis Kita

Namun, taktik dan logika adu domba bisa dilawan. Kita perlu peka terhadap segala bentuk upaya adu domba yang terjadi di masyarakat kita. Kita perlu membangun sikap kritis, sehingga kita tidak mudah dipecah oleh beragam isu dan berita bohong. Sikap kritis berarti kita berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara rasional tentang berbagai berita yang kita dengar, terutama berita-berita yang menimbulkan kecurigaan dan perpecahan.

Di sisi lain, kita juga perlu peka dengan berbagai hubungan kekuasaan yang ada. Kita perlu bertanya, siapa yang diuntungkan dari kecurigaan dan perpecahan yang terjadi? Jika kita menelan mentah-mentah berbagai berita yang ada, terutama berita-berita yang disebarkan oleh media-media besar dunia, maka kita akan mudah diadu domba. Ketika taktik adu domba sudah menyusupi kelompok kita, maka peluang untuk hancur, akibat penaklukkan pihak luar, akan menjadi semakin besar.

Belakangan ini, kelompok Muslim di berbagai belahan dunia menjadi target dari pemberitaan terkait dengan terorisme yang terjadi di Beirut, Afganistan, Mali dan Prancis. Banyak komunitas Muslim yang tak bersalah lalu mengalami diskriminasi di berbagai bidang, mulai dari politik, ekonomi sampai dengan pendidikan. Kita jelas perlu bersikap kritis terhadap ini. Kita juga perlu peka pada hubungan-hubungan kekuasaan yang terjadi di belakang pemberitaan ini, terutama soal pengalihan isu serta tentang pihak-pihak yang diuntungkan dari perpecahan yang ada.

Kita juga jelas perlu belajar dari sejarah kita sendiri. Nusantara Indonesia takluk dibawah berbagai penjajahan negara-negara Eropa selama ratusan tahun, akibat taktik adu domba ini. Kita tidak boleh mengulang kesalahan yang sama. Harganya terlalu mahal, yakni hancurnya bangsa Indonesia dan hilangnya nyawa jutaan orang, seperti yang terjadi di masa silam, jika kita jatuh kembali pada lubang yang sama. Harganya sungguh terlalu mahal…

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

6 tanggapan untuk “Adu Domba”

  1. Terlalu pahit bicara tentang adu domba, bak sebuah makanan pokok bagi manusia modern. Telenovela Gaza tak pernah bercerita satu arah, Rusia yang dibengkokan, sampai yang paling panas di dalam negeri si papa minta pulsa.

    Suka

  2. apa yang ditulis 4 tahun yang lalu, akhirnya terjadi juga di negri kita yang tercinta NKRI. semoga INDONESIA TETAP SATU.

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.