Jerman, Mobil dan Mobilitas

automobile.de
automobile.de

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen di Unika Widya Mandala Surabaya, Sedang belajar di Jerman

Siapa yang tidak kenal BMW? Atau VW, Volkswagen? Siapa juga yang tidak pernah mendengar merk mobil Audi? Ini adalah merk-merk mobil Jerman yang sudah memiliki reputasi internasional.

Mobil-mobil Jerman memang terkenal karena tiga hal, yakni kualitas, prestise dan harganya yang mahal. Perusahaan-perusahaan mobil di Jerman, mulai dari tingkat perakitan struktur kaki mobil sampai dengan direktur utama, memang amat menekankan ketepatan, guna menghasilkan mobil bermutu tinggi. Namun, mereka juga tidak kebal terhadap iklim persaingan ekonomi global, terutama dari AS, Jepang dan Cina. Dalam banyak hal, perusahaan-perusahaan mobil Jerman pun harus melakukan kompromi, bahkan seringkali menurunkan kualitas, supaya bisa menjual dengan harga yang lebih murah.

Jerman dan Mobilnya

Ekonomi Jerman hancur total setelah perang dunia kedua. Pada 1945, politik Jerman juga lumpuh total. Orang-orang Jerman bisa hidup, karena semata menerima bantuan dari tentara Sekutu (Inggris, AS, Prancis dan Uni Soviet). Kebangkitan ekonomi Jerman ditandai dengan berkembangya Volkswagen sebagai salah satu produsen mobil bermutu di dunia. Jenis mobil yang paling terkenal pada dekade 1950-an di dunia adalah VW Kodok (Volkswagen Käffer).

Mobil ini telah menyelamatkan Jerman dari keterpurukan ekonomi berkelanjutan. Tidak hanya itu, mobil VW kodok juga telah menjadi ciri khas Jerman setelah perang dunia kedua. Ia menawarkan fungsi sekaligus prestise bagi penggunanya. Tentu saja, kualitasnya juga tidak perlu dipertanyakan.

Kebangkitan ekonomi Jerman juga diikuti dengan kebangkitan berbagai perusahaan mobil lainnya, seperti Audi dan BMW. Pabrik-pabrik mobil di Jerman, dan berbagai industri pendukungnya, seperti industri ban, shock breaker dan sebagainya, menyediakan lapangan kerja bagi jutaan penduduk Jerman. Banyak tenaga ahli pun didatangkan dari luar negeri, guna mengembangkan teknologi di dalam pabrik-pabrik ini. Pajak yang ditarik dari perusahaan-perusahaan mobil Jerman juga amat besar.

Mengapa Jerman memilih mengembangkan industri mobil setelah perang dunia kedua? Ada dua hal. Yang pertama, menurut Lars Döhmann dalam kuliahnya yang berjudul Schlaglichter auf die deutsche Automobilgeschichte, adalah ketersediaan sarana dan prasarana untuk industri mobil. Sebelum perang dunia kedua, Jerman sudah berusaha dengan gigih mengembangkan teknologi untuk produksi mobil massal.

Yang kedua, para politikus Jerman sudah sadar, bahwa di masa depan, banyak orang akan melakukan mobilitas dengan tingkat yang semakin sering dan tinggi. Mobilitas adalah gerak perpindahan manusia, dan mobil adalah alat utama untuk menunjang pergerakan semacam ini. Motif utamanya sudah jelas, yakni ada uang yang besar di dalam perkembangan industri mobil. Begitulah pendapat Lutz Fügener dalam kuliahnya yang berjudul Automobildesign der Zukunft.

Mobilitas Manusia

Perkiraan para politikus Jerman setelah perang dunia kedua ternyata benar. Mobilitas memang menjadi fakta nyata dunia sekarang ini. Pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya terjadi dalam jumlah yang amat besar setiap harinya. Alat transportasi publik dan transportasi pribadi dikembangkan sedemikian rupa, sehingga bisa menunjang pergerakan manusia tersebut.

Jerman adalah salah satu negara yang cukup berhasil mencapai keseimbangan mobilitas tersebut. Sarana transportasi publik di Jerman, dengan perpaduan antara kereta bawah tanah, tram, bus umum, taksi, pesawat terbang dan jaringan kereta api raksasa yang terhubung dengan hampir semua negara di Eropa, bisa dibilang salah satu yang termaju di dunia. Di sisi lain, jumlah jalan tol dan pengguna mobil terus meningkat. Ada sekitar 45 juta mobil yang digunakan di Jerman sekarang ini. Jumlah penduduk Jerman sendiri sekarang ini sekitar 81 juta penduduk.

Mobilitas juga sudah menjadi fakta nyata di tingkat internasional. Pergerakan manusia antar negara dan antar benua sudah menjadi fakta sehari-hari. Berbagai kepentingan ekonomi, politik, seni dan budaya bergantung pada pergerakan manusia (mobilitas) ini. Perkembangan industri transportasi dan komunikasi membuat jarak menjadi tak lagi berarti.

Sahabat saya di Munich tinggal sendiri untuk meneruskan pendidikan Masternya. Ibunya adalah seorang dokter di Inggris. Adiknya sedang belajar di Amerika Serikat. Sementara, ayahnya kini bekerja sebagai peneliti neurosains di Australia.

Minimal dua kali dalam setahun, mereka berkumpul. Seringkali, mereka juga saling mengunjungi satu sama lain. Keluarga ini bergerak melintasi tiga benua setiap tahunnya. Masih banyak keluarga lain yang memiliki pola serupa semacam ini.

Perkembangan ekonomi dunia juga amat tergantung pada mobilitas penduduknya. Dengan mobilitas yang baik, kekayaan pun bisa bergerak ke berbagai penjuru dunia. Industri pariwisata dan transportasi berkembang pesat sejalan dengan perkembangan mobilitas manusia. Jika keseimbangan antara mobilitas dengan menggunakan alat transportasi pribadi dan transportasi publik bisa dicapai, maka kemiskinan di berbagai negara bisa secara perlahan dikikis.

Perkembangan mobilitas juga mendorong proses defundamentalisasi. Artinya, orang menjadi semakin terbuka pandangannya, karena sering berhubungan dengan orang-orang lainnya dari berbagai penjuru dunia yang memiliki pandangan berbeda. Orang tidak lagi menjadi sempit dan fanatik dengan pandangannya sendiri, atau pandangan kelompoknya. Terorisme yang berpijak pada fundamentalisme banyak berkembang di tempat-tempat dengan mobilitas penduduk yang kecil.

Mobilitas yang tinggi juga mengubah bentuk masyarakat. Kita hampir tidak dapat menemukan masyarakan yang homogen sekarang ini. Seluruh dunia hampir sepenuhnya berubah menjadi ruang multikultur. Konsep identitas pun juga mengalami perubahan mendasar yang akhirnya mendorong juga perubahan cara berpikir dan cara hidup manusia sebagai keseluruhan.

Tantangan dan Kemungkinan

Saya sendiri berpendapat, bahwa mobilitas manusia bisa semakin ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya, jika kita tidak lagi berfokus pada perkembangan mobil sebagai alat transportasi pribadi. Yang harus menjadi perhatian kita adalah teleportasi, yakni perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya dalam hitungan detik dengan memanfaatkan teknologi manipulasi ruang dan waktu yang menciptakan semacam lubang cacing. Secara teoritik, ini mungkin dilakukan, walaupun beberapa persamaan matematisnya masih harus terus dipikirkan. Namun, investasi besar yang dilakukan secara internasional harus terus dilakukan, supaya teknologi teleportasi bisa sungguh menjadi kenyataan.

Tentu saja, transportasi publik juga harus dikembangkan. Yang menjadi masalah dengan transportasi publik dan transportasi pribadi sekarang ini adalah soal kelestarian lingkungan hidup. Semua alat transportasi menghasilkan pembakaran yang secara langsung mencemari udara yang tidak hanya dihirup oleh manusia, tetapi juga oleh hewan dan tumbuhan. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa perkembangan teknologi (pabrik, transportasi) telah mendorong perubahan iklim yang mengakibatkan kepunahan berbagai jenis hewan dan tumbuhan di berbagai belahan dunia.

Soal kedua adalah soal energi. Setiap jenis pabrik dan alat transportasi selalu membutuhkan energi. Masyarakat modern bergantung sepenuhnya pada ketersediaan energi. Namun, elemen penghasil energi tersebut sebagian besar masih berpijak pada energi tak terbarukan, seperti minyak bumi dan batu bara. Jika sumber energi ini habis, maka masyarakat modern, beserta segala perkembangan teknologinya, akan lumpuh total.

Banyak ahli berusaha mencari cara untuk menghemat energi. Perusahaan-perusahaan mobil raksasa, seperti Toyota, BMW dan VW, berlomba-lomba untuk menghasilkan dan menjual mobil yang hemat energi dengan harga terjangkau. Namun, usaha ini tidak menyelesaikan masalah. Ada dua alasan.

Yang pertama, jumlah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan mesin-mesin hemat energi masih amatlah besar. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk membangun sarana dan prasarana untuk menunjang mesin hemat energi (atau misalnya mobil listrik) juga masih amat besar. Yang kedua, jika mobil hemat energi (atau mobil listrik) dijual dengan harga terjangkau, maka penggunanya semakin banyak. Pada akhirnya, jumlah total energi yang dibutuhkan dan polusi yang dihasilkan akan lebih besar dari sebelumnya.

Di sisi lain, pencarian energi terbarukan juga masih terus berjalan. Perkembangannya amat lambat, karena kurangnya perhatian dan investasi dalam bidang ini. Lobi-lobi dari perusahaan minyak raksasa juga menghambat perkembangan di bidang ini. Sampai detik ini, seluruh peradaban modern di dunia masih bergantung mayoritas pada minyak bumi, dan berbagai sumber energi tak terbarukan lainnya.

Perubahan

Yang jelas, gaya hidup manusia modern, dengan tingkat mobilitas yang begitu tinggi, penggunaan energi yang begitu besar ditambah dengan jumlah polusi yang dihasilkan, tidak lagi dapat dipertahankan. Mobil pribadi tidak lagi pas untuk hidup kita. Transportasi publik dan sepeda menjadi alternatif yang menarik, jika sarana dan prasarananya juga dikembangkan. Investasi dan penelitian untuk menggunakan teknologi teleportasi juga harus ditingkatkan.

squarespace.com
squarespace.com

Kita di Indonesia masih harus terus berjuang untuk membangun jaringan transportasi publik yang aman dan nyaman. Ini jelas harus menjadi prioritas utama kita. Penggunaan kendaraan pribadi, dari tinjauan ekonomi dan dampak lingkungan, tidak lagi dapat dibenarkan. Sebagai pribadi, kita perlu mencari alternatif dari penggunaan mobil dan motor pribadi. Sebagai kelompok, kita harus menekan agenda pembangunan transportasi publik ke pemerintah kita.

Jika mobil dan motor pribadi tidak lagi digunakan, atau dikurangi penggunaannya, lalu bagaimana dengan para pekerja di pabrik-pabrik otomotif tersebut? Persoalan ini tentu harus ditemukan jawabannya. Para pekerja otomatif tersebut bisa dialihkan sebagai pekerja pembangunan dan perawatan jaringan transportasi publik raksasa yang akan dibangun. Mereka juga nantinya bisa dialihkan untuk pembangunan dan perawatan jaringan teleportasi, jika teknologinya sudah menjadi kenyataan.

Mobilitas juga membutuhkan perubahan. Mobil tidak lagi bisa menjadi sarana utama untuk mobilitas. Bahkan, pola mobilitas manusia sekarang ini tidak lagi dapat dipertahankan. Perubahan jelas adalah sesuatu yang amat diperlukan.

Namun, kita seringkali takut pada perubahan. Kita ingin segalanya tetap sama, jika keadaan ini sudah menguntungkan kita. Namun, hidup tidak akan pernah sama. Kodrat manusia adalah untuk berubah dan terus bergerak sepanjang hidupnya. Kita bisa memilih alternatif lainnya, yakni menyingkir sama sekali dari gerak kehidupan. Tentu saja, saya tidak ingin menyarankan itu.

Iklan

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023) dan berbagai karya lainnya.

2 tanggapan untuk “Jerman, Mobil dan Mobilitas”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.