Filsafat Cinta

andrewsegawa.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Fakultas Filsafat, UNIKA Widya Mandala, Surabaya

Setiap orang pasti pernah pacaran, setidaknya sekali dalam hidupnya. Setiap suami pasti pacaran dulu dengan calon istrinya. Setelah mantap, baru mereka menikah. Kalo tidak mantap, yah putus, dan cari pacar lagi. Saya juga yakin, anda pasti pernah pacaran sebelumnya. Ya kan?

Setiap orang juga tahu, bahwa komponen terpenting dari pacaran adalah cinta. Ya, cinta! Namun, banyak orang kesulitan, ketika diminta menjelaskan, apa itu cinta? Ratusan pemikir dan ilmuwan mencoba mendefinisikan arti kata itu. Namun, tak ada yang sungguh bisa menjelaskannya. Atau, jangan-jangan cinta itu hanya bisa dirasa, tapi tak bisa dijelaskan dengan kata-kata? Bagaimana menurut anda?

Yang saya tahu, cinta itu punya enam komponen. Anggaplah saya punya teori sendiri tentang cinta, semacam filsafat cinta. Enam komponen itu adalah hasrat, kehadiran, komitmen, akal budi, berkembang, dan paradoks. Bingung? Tenang.. saya akan jelaskan satu per satu.

Hasrat

Komponen pertama dari cinta, menurut saya, adalah hasrat. Hasrat adalah keinginan yang membakar hati, dan mendorong kita untuk bertindak. Hasrat adalah sumber dari dorongan hidup manusia, yang membuat kita bangun di pagi hari, dan mulai melakukan aktivitas. Pada saat ini, saya yakin, anda sedang berhasrat untuk membaca tulisan saya. Iya kan? Hayoo ngaku…

Sekitar 50 tahun yang lalu, Jacques Lacan, seorang pemikir asal Prancis, pernah menulis, bahwa manusia adalah mahluk yang berlubang. Hah, berlubang? Bukan berlubang secara fisik, tetapi ia memiliki lubang dalam jiwanya yang terus menuntut untuk diisi. Isinya bisa macam-macam, mulai diisi dengan barang-barang mewah, teman, keluarga, cinta, dan sebagainya. Apakah anda punya lubang semacam itu di hati anda?

Pada hemat saya, Lacan betul. Saya sendiri merasakannya. Bagi saya, lubang dalam jiwa itu adalah sumber dari segala hasrat manusia. Artinya, keinginan dan dorongan hidup manusia berakar pada upaya manusia untuk mengisi lubang yang ada di dalam jiwanya. Saya menyebutnya sebagai “rumah hasrat”. Menarik bukan?

Saya pernah jomblo (ga punya pacar) cukup lama. Rasanya hampa. Hati kosong. Malem Minggu sepi. Mau curhat (curahan hati), tapi ga ada yang bisa diajak curhat. Akhirnya, di dalam hati muncul keinginan (hasrat) untuk mencari pacar lagi. Mirip seperti lagunya ST12 yang sempat terkenal, “cari pacar lagi…”

Setelah bergaul dan membuka lingkungan pergaulan baru (anak gaul nih ceritanya), saya pun mendapatkan pacar baru. Hati senang. Namun, itu tak lama. Si lubang (rumah hasrat) dalam diri kembali berteriak-teriak. Saya ingin pacar saya seperti ini, seperti itu. Tidak cocok. Putus lagi. Hampa lagi. Sedih lagi… hiks…

Dugaan saya, anda pun pernah mengalami seperti itu. Ga pacaran kesepian, tapi pacaran justru pusing dan repot. Manusia memang tak pernah puas, karena ia punya lubang hasrat di dalam dirinya yang menuntut untuk terus diisi, tanpa pernah sungguh penuh terisi. Artinya, kita seumur hidup selalu dibayangi oleh kecemasan untuk memenuhi hasrat kita. Tul ga?

Kata ajaran Buddha, lubang ini bisa dilenyapkan, dan manusia lalu bisa sampai pada kedamaian sempurna. Ajarannya kelihatan baik. Namun, menurut saya, justru hasrat ini yang membuat kita ini manusia, yang membuat kita ini hidup. Kalau dihilangkan, lalu kita ini apa namanya? Tidak tahu. Yang pasti bukan manusia. Robot? Mayat hidup? Hiii… Tidak bermaksud menghina ya. Bagaimana pendapat teman-teman yang mendalami ajaran Buddha?

Oke.. oke.. kembali ke tema utama. Jadi pada hemat saya, salah satu komponen utama cinta adalah hasrat, dan hasrat itu sudah selalu ada dalam diri manusia, apapun agama, ras, ataupun etnisnya. Hasrat yang mendorong kita untuk mencintai, pacaran, menikah, punya anak, dan sebagainya. Hasrat yang mendorong kita untuk hidup. Tanpa hasrat, kita bagaikan mayat hidup berjalan. Udah ah.. jangan ngomong mayat-mayat lagi.. serem…

Kehadiran

Komponen kedua, menurut saya, adalah kehadiran. Cinta itu butuh kehadiran, baik kehadiran fisik, maupun kehadiran hati. Orang yang mencintai harus “hadir” dengan seluruh dirinya untuk yang dicintai, untuk menemani, membantu, dan berjalan bersama dengan orang yang dicintainya. Kalo tidak hadir, maka apa gunanya pacaran, apa gunanya mencintai? Itu sama saja dengan “tidak mencintai” atuh. Ya kan?

Makanya, saya selalu kagum dengan orang-orang yang bisa pacaran jarak jauh, apalagi suami istri yang berhubungan jarak jauh. Kehadiran fisik hanya mungkin pada saat-saat tertentu saja, seperti pada saat liburan atau cuti. Yang mengikat mereka adalah kehadiran hati. Artinya, tubuhku jauh, tapi hati dan pikiranku bersamamu. Romantis ya? Cihuy…

Saya sering melihat, ada orang pacaran, tapi yang satu sibuk main Blackberry, yang satu sibuk main notebook. Mereka tidak bicara. Mereka tidak saling menatap. Lah, apa gunanya ketemu? Mereka pacaran, tetapi mereka tidak hadir untuk satu sama lain. Apa itu namanya? Temannya juga bukan pasti. Apakah anda seperti itu juga?

Saya juga sering marah, kalau berjumpa dengan teman, tetapi ia sibuk main Blackberry. Fisiknya ada di depan saya, tetapi perhatiannya entah kemana. Saya merasa diabaikan, ga dianggap manusia, tetapi cuma dianggap benda saja. Siapa yang tidak marah, kalau diperlakukan seperti itu?

Melihat itu semua, saya janji pada diri saya sendiri, bahwa saya akan memberikan perhatian penuh pada orang lain, jika mereka berbicara kepada saya. Saya tidak sibuk main BB, main notebook, atau main apapun. Saya akan mendengar, dan menanggapi, kalau diminta. Semoga janji saya ini juga bisa menginspirasikan anda untuk membuat janji yang sama kepada diri anda sendiri. Semoga….

Jadi intinya, orang pacaran itu harus punya cinta, dan cinta itu tandanya adalah kehadiran, baik kehadiran badan, hati, maupun pikiran. Tanpa kehadiran, pacaran itu cuma basa-basi, formalitas, atau sekedar menaikan status sosial. Kalau itu yang terjadi, semuanya jadi sia-sia. Kita jadi orang dangkal yang tak punya idealisme. Jangan jadi seperti itu ya… plis..

Komitmen

Komponen ketiga dari cinta, menurut saya, adalah komitmen. Komitmen adalah kesetiaan pada janji. Bukan hanya setia, tetapi janji itu dijalankan, ditepati, sampai sedetil-detilnya, dan jangan ditawar-tawar, kalau sudah disepakati. Ya ga?

Kok otoriter banget? Ga juga. Diskusi dan debat itu boleh dilakukan, sebelum janji dibuat. Tetapi ketika janji sudah disepakati, yah jangan ditawar lagi untuk membenarkan pelanggaran. Itu ndablek namanya. Hehehe…

Suatu saat, janji bisa berubah. Namun, sebelum janji berubah, harus ada pembicaraan dulu yang intensif, yang sering. Jangan tiba-tiba, salah satu pasangan ingin mengubah perjanjian, lalu semua berubah seenaknya. Yang penting, ketidaksepakatan itu dibicarakan. Bicara donk… jangan diam saja…

Saya sendiri juga bukan orang yang selalu tetap janji. Saya pernah melanggar janji. Tapi, saya sadar, dan kemudian berubah. Niat berubah pun belum tentu mengubah tindakan. Butuh waktu lama, sebelum niat sungguh menjadi kenyataan. Beberapa kali, saya dimarahi atau ditegur oleh pacar saya, karena tidak tepat janji. Maklum, namanya juga manusia. Yang penting kan ga diulangi lagi… hehehe..

Saya juga pernah punya pacar yang janjinya banyak, tetapi sering banget dilanggar. Akhirnya, kita berantem terus. Hubungan bukan lagi menjadi hiburan dan penguat, tetapi justru menjadi beban yang memberatkan. Susah kalo kita punya hubungan seperti ini. Bagaimana dengan kisah anda?

Pokoknya, cinta itu harus diikat dengan komitmen, baru sungguh menjadi cinta sejati yang menjadi penguat kehidupan, dan sumber kebahagiaan. Cinta tanpa komitmen itu seperti sambal tanpa cabe, artinya yah bukan sambal sama sekali. Ga ada gunanya. Masing-masing cuma menipu diri. Kita tidak hanya menipu orang lain, dengan mengaku mencintai dia, tetapi juga menipu diri sendiri. Kasiaaan banget….

Akal Budi

Cinta juga harus pake akal. Jangan mencintai secara gila-gilaan, sehingga ditipu pun tidak sadar. Orang yang mencintai juga harus tahu batas, kapan dia bisa memanjakan kekasihnya, memarahinya, atau meninggalkannya. Cinta tidak boleh buta. Duh.. hari gini, tetap saja masih ada orang yang mencintai secara buta, sehingga semuanya dikorbankan, termasuk uang, keluarga, dan sebagainya. Jangan jadi seperti itu ya…

Saya pernah punya teman perempuan. Ia amat mencintai suaminya. Apapun keinginan suaminya pasti dituruti. Gaya hidup mereka mewah, sementara pendapatan tak seberapa. Ketika situasi keuangan menurun, hubungan mereka krisis, dan pecah. Teman saya amat sedih dan patah hati. Ternyata, suaminya hanya mau dimanja, tetapi tidak mau hidup sulit bersamanya. Duh.. anda jangan sampai seperti itu ya…

Beberapa orang bilang, bahwa saya orang yang kejam. Di mata mereka, saya tuh pelit kalau pacaran. Kalau bikin perjanjian tuh tepat banget, sampe keliatan ga manusiawi. Pembelaan saya cuma satu, saya cuma ga mau memanjakan pasangan saya. Saya ingin mereka mandiri, dan tak tergantung secara emosional pada saya. Jahat ga sih begitu?

Saya juga dibilang sok-sok rasional. Itu sih tidak masalah, karena memang prinsip saya tetap sama, yakni pacaran dan cinta pun harus menggunakan akal. Jangan sampai kita diperas, karena cinta. Jangan sampai kita ditipu, karena cinta. Cinta tidak boleh membuat mata kita gelap dari kenyataan. Setuju ga? Hidup cinta.. hidup akal! Hush.. lebai..

Berkembang

Cinta sejati itu mengembangkan. Saya setuju dengan prinsip ini. Orang yang saling mencintai ingin pasangannya lebih baik, lebih pintar, lebih bijak. Hubungan mereka menjadi dasar untuk mengembangkan diri seutuhnya. Setuju?

Namun, ada kalanya upaya mengembangkan diri itu mengancam hubungan. Misalnya, istri dapat promosi di luar kota, dan harus meninggalkan keluarganya. Sementara, si suami merasa, bahwa urusan di rumah terlalu banyak untuk diurusnya sendiri, maka ia tidak setuju dengan rencana itu. Lalu bagaimana?

Saya rasa, tidak ada rumus universal untuk masalah itu. Yang perlu diperhatikan adalah prinsip berikut, semua keputusan yang dibuat harus didasarkan pada pembicaraan yang matang, egaliter, dan bebas dominasi antara semua pihak, yang nantinya terkena dampak dari keputusan itu. Proses ini menjamin, bahwa keputusan yang dibuat itu adil untuk semua pihak. Setujukah anda?

Berkembang juga harus tahu batas. Jangan sampai perkembangan diri justru malah menghancurkan hubungan. Percayalah, kesuksesan tidak ada artinya, kalau anda tidak punya orang yang bisa diajak untuk berbagi kesuksesan itu. Kebahagiaan itu bersifat sosial, dan tidak pernah bersifat semata individual. Orang yang paling berbahagia di dunia ini adalah orang yang paling banyak berbagi. Percaya tidak?

Saya punya seorang teman. Dia amat sabar, dan baik. Istrinya amat ambisius, dan sukses dalam karirnya. Pendapatan istrinya jauh lebih tinggi dari pada dia. Mereka hidup bahagia. Anaknya dua. Teman saya amat mendukung karir istrinya. Sementara, istrinya juga tahu batas, dan tak pernah mengorbankan keluarga. Saya tidak bilang, bahwa mereka keluarga sempurna. Namun, saya yakin, keluarga itu bisa menanggapi semua masalah kehidupan dengan baik, sebesar apapun masalah itu. Bagaimana pengalaman anda?

Paradoks

Esensi terdalam cinta, menurut saya, adalah paradoks. Paradoks itu artinya dua hal yang bertentangan, namun bisa menyatu, dan menciptakan sesuatu. Misalnya, anak itu sekaligus benci dan cinta pada ayahnya, atau orang itu sekaligus lembut dan keras pada saat bersamaan. Intinya, dua hal yang bertentangan justru bisa menyatu secara harmonis. Semoga anda tidak bingung ya..

Cinta pun juga paradoks. Di dalamnya, orang bisa merasakan benci dan sayang pada waktu yang sama. Cinta juga bisa bertahan, jika orang tidak terlalu mengikat pasangannya. Justru dengan melepas orang yang disayangi, maka cinta akan bertumbuh. Sebaliknya, dengan diikat, orang yang dicintai justru akan pergi. Apakah anda punya pengalaman seperti itu?

Kalau kata orang dulu, mencintai itu seperti menggengam pasir. Semakin kita kuat menggengam, semakin cinta itu jatuh. Sebaliknya, jika kita menggenggam dengan santai, maka pasir/cinta itu akan tetap di tangan kita. Jadi, cinta itu memang mirip pasir. Pasir adalah bahan dasar bangunan material, sementara cinta adalah bahan dasar bangunan spiritual. Romantis ya?

Di dalam cinta, semakin kita memberi, semakin kita akan mendapatkan. Semakin banyak kita berkorban, semakin kita akan memiliki banyak. Semakin kita mencintai, semakin kita akan dicintai. Namun, seperti prinsip di atas, prinsip akal budi tetap harus dipakai. Yang pantas-pantas saja dilakukan sebagai manusialah. Kalau kata anak remaja jaman sekarang, jangan lebay ya….

Saya punya pengalaman sewaktu masih kuliah dulu. Ketika pacaran, saya hitung-hitungan dengan pacar saya. Bukan hanya uang, tetapi waktu dan tenaga. Saya malas pergi keluar rumah. Saya malas mengunjungi tempat-tempat yang menarik. Bahkan, saya malas pergi ke kondangan. Siapa yang mau punya pacar seperti itu?

Alasan saya waktu itu hanya satu, yakni hemat, termasuk hemat uang, hemat tenaga, hemat bensin, dan sebagainya. Namun, proses pacaran kami jadi penuh tekanan. Pacaran jadi tidak enjoy, dan hanya menjadi beban. Semuanya dihitung, dan akhirnya saya pusing sendiri. Di akhir-akhir hubungan, saya mulai berubah mulai mengikuti keinginan pacar saya, walaupun itu melelahkan, dan buang-buang uang. Mukjizat terjadi? Hehehe..

Ternyata, hasilnya tidak jelek. Saya lebih enjoy, dapat banyak pengalaman dan pengetahuan baru, serta kenal dengan orang-orang baru. Wawasan saya diperluas. Bahkan, pacar saya bersedia patungan beli bensin, dan traktir makan. Sayangnya, hubungan kami tidak bertahan. Kami putus, karena alasan lain. Yang pasti bukan karena saya pelit… heheheh…

Kembali ke tema, intinya, pacaran itu harus punya cinta. Dan, cinta itu harus dihidupi dengan enam komponen, yakni komponen hasrat (1), kehadiran (2), kemampuan memberi ruang untuk berkembang (3), komitmen (4), harus pakai akal budi (5), dan dijalankan dengan penuh kesadaran akan paradoks hidup (6). Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, kita pacaran! Yuk, belajar mencintai!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

77 tanggapan untuk “Filsafat Cinta”

  1. siiip buanget ulasan yang mendalam tentang cinta……..cinta seperti pasir benar juga kata bapak semakin digenggam malah hilang.cinta yang mengembangkan itu yang sangat abadi karena kita memberikan ruang sebanyak banyaknya buat orang untuk mengembangkan karakter pribadinya dan dari situ kita tahu kadar kesetiaan ,tanggunggjawab dan komitmennya……………..Tapi mengapa dikehidupan ada juga yang mengalami cinta lama bersemi lagi???…apakah karena tidak matur apa kurang komitmen ataukah memang cinta pertama tidak pernah bisa didelete….heee ataukah makna cinta yang saat ini dialami sudah tiak bermakna ?? sehingga mengisi kekosongan itu…………??

    Suka

  2. Ulasan yang lumayan bagus…… dari sekian banyak tulisan yang dibuat selama ini saya pribadi melihat tulisan ini yang paling nyambung, mudah dicerna/dipahami dan juga kajiannya lumayan menarik. Walaupun kita jangan melupakan prinsip Das Sollen Das Sein. Apa yang terjadi di kehidupan nyata tidak sama dengan apa yang ada di pikiran filsafat cinta. Satu hal lagi yang terpenting bahwa walaupun kita mencintai pasangan kita dengan tulus hati, jangan lupa bahwa kita juga harus mencintai Tuhan sebagai awal dan tujuan hidup kita semua………………………..

    Suka

  3. Ulasan yang lumayan bagus…… dari sekian banyak tulisan tentang filsafat yang bapak buat selama ini, saya pribadi melihat tulisan ini yang paling nyambung dengan pikiran kita karena mudah dipahami dan juga kajiannya lumayan menarik. Walaupun kita jangan melupakan prinsip Das Sollen Das Sein. Apa yang terjadi di kehidupan nyata tidak sama dengan apa yang ada di pikiran filsafat cinta. Satu hal lagi yang terpenting bahwa walaupun kita mencintai pasangan kita dengan tulus hati, jangan lupa bahwa kita juga harus mencintai Tuhan sebagai awal dan tujuan hidup kita semua………………………..

    Suka

  4. Cinta lama bisa bersemi kembali, karena ingatan memanggil saat-saat indah dulu yang hendak dihadirkan di masa kini dan masa depan. Menurut saya itu sih boleh-boleh saja, asal tetap ingat, bahwa orang yang sekarang pasti berbeda dengan yang dulu. Jangan sampai kita bercinta dengan masa lalu, dan buta pada masa sekarang.

    Suka

  5. hehehe.. saya sedang mengembangkan gaya baru. Gaya pertama tetap analitik, seperti pada tulisan-tulisan filsafat tradisioanl. Gaya kedua lebih populer, seperti pada tulisan filsafat cinta….

    Suka

  6. menurut saya masih belum cukup dan akan mereduksi diri dgn berpacaran. Saya kira menikah adalah obatnya. Hasrat harus dikendalikan dengan sebuah hubungan yg objektif dan diterima oleh semua orang, bahkah di ridhoi oleh Tuhan. Maka, ayo menikah..

    Suka

  7. Kita tidak bisa mengisi apapun dalam Hollowness tak akan penuh sampai kapanpun…
    Ini bukan Budhisme dan saya bukan penganutnya….atau teori filsafat.saya juga bukan mistikus spiritual.
    Penjelasan anda pada hasrat kurang akurat…
    Kita digerakkan oleh Ego(hasrat),saya definisikan
    1.Sesuatu yang menjerat kesejatian anda dengan tali kekang kuda tapi anda tidak punya kendali sama sekali meskipun anda berusaha sekuatnya.Idealisme yang berujung “pemerkosaan”(bukan harafiah) lagi2 terbukti kita ini binatang yang moralnya berevolusi.Binatang juga punya cinta mas Reza……..
    2 .Sesuatu Tak ubahnya seperti bisnis.Apa yang menguntungkan untuk saya sebagai nilai tukarnya? Afeksi,Atensi,dsb….just Love me back!(Simpanse juga bisa seperti ini,silahkan riset)
    3.Kelekatan(ini yang kurang/yang membedakan kita dengan binatang)
    Kasih sayang ibu sebenarnya juga kelekatan…..Karena dia lahir dari si ibu maka otomatis ibu menganggap bahwa dia sebagai milikknya,”Harta”….binatang juga melakukannya tidak ingin anaknya diganggu/disakiti/menderita….
    Point inilah yang tidak banyak disadari bahkan disalahkontekstualkan dengan melenyapkan hasrat/ego.Hasrat itu ada dan baik ” KELEKATAN ITU HANTUNYA”
    Justru Kelekatan yang membuat kita seperti Zombie,dipenjara dalam lapar & haus tak bertepi.seperti minum air laut.
    Definisi cinta sekarang sudah mengalami peyorasi bahkan reduksi, cinta tidak sama dengan hasrat.sama sekali tidak ada unsur ego.
    “Saya mencintaimu dan itu cukup banyak untuk dirimu sendiri dan gratis…..”
    (Inilah yang membedakan kita dari binatang atau kalau kita tidak ingin dinyatakan sebagai binatang yang “moralnya” berevolusi)
    Saya tidak menyarankan untuk tidak mempunyai pasangan.
    Ketersalingan yang tidak dipaksakan atau diminta atau diimpikan itu maksud saya.(Apa adanya,kalau dalam Hermeneutika: Biarkan sesuatu menjelaskan dirinya sendiri dari “being” apa adanya.)
    Cinta itu pengalaman yang bahkan tidak ter-Eksplanasi atau direduksi dari pemahaman kita sendiri tentang kata “Cinta”.(kalu dalam semiotika kata “cinta” itu “penanda” yang tidak jelas dari suatu pengalaman subyek)
    Bahkan pengalaman “Cinta” saya sendiri sebenarnya tidak bisa diabstraksi dari tulisan saya diatas.
    Sugest pendalaman : – Filsafat Genealogi Etika dan moralitas kesadaran.
    Just share……mas Reza Peace……: D

    Suka

  8. Love like a bar of chocolate, in first bite, you can feel sweet taste. after that in second bite, you can feel mix taste-sweet and a bit bitter. Next bitting you can feel the real chocolate “BITTER”.
    Finally you can hurt, broken heart, dissapointed etc.

    Saya memang tidak pernah berpacaran, tapi yang saya tahu “hole” di dalam hati itu tidak selalu membuat kita hampa dan kosong. saya punya teman yang tidak menikah tetapi dia bahagia karena dia sudah menemukan cara untuk menutup “hole” itu tadi, yaitu dengan berbagi hidup dengan orang lain.

    Suka

  9. tulisan yang ringan namun tidak mengurangi esensi tentang cinta… komponen2 cinta yg beda dari teori sternberg sehingga membuat saya menikmati… 🙂 semua komponen menarik namun saya dikejutkan dengan komponen paradoks,,, saya pikir komponen ini sangat dibutuhkan dalam bangsa ini untuk menjawab batas-batas keyakinan… thx kak… 🙂

    Suka

  10. saya mengutip kembali tulisan bapak ,” Beberapa orang bilang, bahwa saya orang yang kejam. Di mata mereka, saya tuh pelit kalau pacaran. Kalau bikin perjanjian tuh tepat banget, sampe keliatan ga manusiawi. Pembelaan saya cuma satu, saya cuma ga mau memanjakan pasangan saya. Saya ingin mereka mandiri, dan tak tergantung secara emosional pada saya. Jahat ga sih begitu?

    Saya juga dibilang sok-sok rasional. Itu sih tidak masalah, karena memang prinsip saya tetap sama, yakni pacaran dan cinta pun harus menggunakan akal. Jangan sampai kita diperas, karena cinta. Jangan sampai kita ditipu, karena cinta. Cinta tidak boleh membuat mata kita gelap dari kenyataan. Setuju ga? Hidup cinta.. hidup akal! Hush.. lebai..”

    saya setuju sekali dengan tulisan bapak diatas, saya juga tidak suka pacaran yang tidak rasional sama sekali, dan mengorbankan segalanya demi cinta. buat saya pacaran itu cuma salah satu cara untuk kita bisa mengenal pasangan kita bagaimana karakternya dan bukan sekedar berbagi sesuatu. tetapi yang saya heran pak, kenapa cowok ndak suka cewek yang lebih pintar dari dia? dan cowok tidak suka wanita yang mandiri? bukannya enak kalau dapat cewek yang mandiri dan tidak manja?

    Suka

  11. Tulisan yang sangat inspiratif, saya cukup menikmati ketika membaca artikel ini, karena ide-ide kreatif ini dituangkan dalam bahasa yang lugas, ringan dan mudah dimngerti, sehingga pada akhirnya saya menyimpulkan belajar filsafat itu menyenangkan, apa lagi filsafat cinta yang merupakan topik aktual dan global. Saya jg setuju dgn apa yg dikatakn oleh Dani bhw hal yg pertama dan utama adlah Mencintai Tuhan kita, karena Ia sendiri adalah Sumber dari Cinta yg dimiliki oleh umat manusia.

    Suka

  12. Cinta itu amat penting dalam hidup kita, sejauh dalam hubungan yang erat dengan akal budi kita sebagai manusia. Jika cinta lepas dari akal budi, yang ada kemudian adalah obsesi, dan itu sama sekali tidak sehat. Tentang cowok yang tidak suka cewek yang lebih pintar dari pacarnya, menurut saya, kamu belum menemukan cowok yang pas buat kamu. Sabar saja dan perluas lingkaran pergaulanmu.

    Suka

  13. saya ingin bertanya : menurut anda, siapa prioritas pertama anda ? sahabat atau pacar ? tolong jelaskan alasan anda…
    ada kasus seperti ini :
    seorang teman saya (anggap aja A) mempunyai pacar baru..
    teman saya yang lain (anggap B), memberitahu A kalau pacarnya itu kurang baik..
    dan kebetulan pula semua yang B beritahu itu adalah kenyataan..
    Namun ketika A mengonfirmasikan semua itu kepada pacarnya, pacarnya tidak mengelak dan menjelaskan semuanya dengan lengkap..
    dengan arti lain, pacarnya memang serius untuk berhubungan dengan A..
    tp di sisi lain, sebagai sahabat B tidak setuju akan hubungan tersebut…
    lalu apa yang A harus lakukan ?
    apakah dia harus mendengarkan B dan memutuskan pacarnya ? atau A harus memberi kesempatan lagi pada pacarnya ?
    tx

    Suka

  14. Ini amat tergantung konteks ya. Sahabat yang baik tidak akan meminta kita memilih dia, atau pacar kita. Pacar yang baik tidak akan meminta kita memilih dirinya, atau sahabat kita.

    Suka

  15. saya katakan..ini sesuatu banget…yaaa kannn..
    kalo semua orang gunakan komponen2 cinta ini mungkin tak ada lagi kata ” akuuuu galau’,,,

    Suka

  16. hehehe.. tapi sayangnya.. galau itu bagian dari hidup. Manusia pun tidak bisa mencintai dengan sempurna, maka ia pun tidak pernah menemukan kesejatian dalam hidup ini.

    Suka

  17. Suatu diskusi yang menarik tentang cinta. Menurut saya, cinta itu tidak pernah mengalami makna yang peyoratif. Bila kita ikuti sejarah pemikiran tentang cinta, yang pertama kali mencoba memasukkan cinta dalam ranah akademis adalah Plato. Dalam bukunya, Symposium, Lysis dan Republic, salah satu pertanyaan Plato adalah “apa itu CInta?” Term yang dipakai dalam bahasan itu adalah “Eros” dan “Philia”. Bagi Plato, Cinta itu muncul dari kekurangan atau defisiensi kebaikan dan keindahan. Mungkin ini mirip dengan terminologi dari Kak Reza (lubang). Karena manusia memiliki kekurangan akan kebaikan, maka Cinta (eros) itu menjadi pendorong bagi manusia untuk mencari kebaikan dan keindahan itu. Nah, menjadi pertanyaan kritis untuk pemikiran ini adalah bagaimana dengan Cinta Tuhan? Apakah TUhan mencintai karena Dia memiliki kekurangan? Atau, bagaimana dengna suami yang mencintai istrinya karena membutuhkan anak. Apakah kehadiran anak akan menjadi alasan untuk tidak mencintai Istri? Dengan kata lain, Cinta karena dorongan, kurang mendapat tempat yang tepat dalam ranah Cinta, ntah itu dorongan hasrat atau pun Kekurangan.

    Menurut saya, pembahasan cinta yang lebih comprehensif bisa kita peroleh dengna mendalami pemikiran seorang Filsuf Postmodern Amerika, John D. Caputo.
    Beberapa tese Penting dari dia tentang Cinta:
    – cinta harus “tanpa tolok ukur”,
    – sebentuk pemberian tanpa harapan kembali,
    – suatu komitmen “tanpa syarat”,
    – cinta yang hanya mungkin dalam wilayah ketidakmungkinan
    – dan lainnya.

    Dengan jelas, tesis ini muncul karena menurut Caputo, selama ini cinta telah dimanipulasi demi ego.

    Semoga semakin menyemangati kita untuk diskusi. (http://subandrisimbolon.wordpress.com/

    Suka

  18. tetapi realitas yang ada tetapi tidak dominan makna cinta hanya dipesembahkan untuk pemenuhan hasrat seksual yang mengebu-gebu dengan berbagai cara dan pola untuk mendapatkannya baik secara tersirat maupun tersurat. saya lebih spakat dengan menikah dulu baru pacaran. klau hanya sekedar untuk mengenal pasangan sbagai justifikasi bisa dengan perkenalan. dengan perkenalan paling tidak kita punya gambaran umum tentang pasangan kita. itu hanya pendapat pribadi ajjah Prof.

    Suka

  19. Tulisan ini, Inspiratif sekali. banyak membaca tentang Filsafat cinta dengan tulisan dari generasi muda yang cerdas sekelas anda akan memunculkan generasi muda baru, yang tentu lebih mengejar kesejatian mereka dalam meng-Ekspresikan cinta yang anda maksud.

    Thank’s Saudaraku. tulisan berikutnya di tunggu yah.hahah

    Suka

  20. tulisan yg sgt luar byasa_singkat,padat dan menusuk ke jiwa,,,,,sya mw nxak ni mas bagaimana dgn cnta tak berbalas…………….misalnya gini qta sebagai si cowok selalu dn selalu mengakomudir hati bwat trus msuk dlam hti si cewek dgn cara sms tiap hari tiap malem tpi respon si cewek sama sekali not responding_nah bgaimana cra qta mengaplikasikan k”enam komponen d”atas jika ksus qta kyak gni mass>>>>mhon jawabanxa____terimakasi

    Suka

  21. tulisan yg sgt luar byasa_singkat,padat dan menusuk ke jiwa,,,,,sya mw nxak ni mas bagaimana dgn cnta tak berbalas…………….misalnya gini qta sebagai si cowok selalu dn selalu mengakomudir hati bwat trus msuk dlam hti si cewek dgn cara sms tiap hari tiap malem tpi respon si cewek sama sekali not responding_nah bgaimana cra qta mengaplikasikan k”enam komponen d”atas jika ksus qta kyak gni mass>>>>mhon jawabanxa____terimakasi

    Suka

  22. kalau menurut saya, ada hal yang paling mendasar dalam percintaan.
    yang merangkum semuanya agar bisa beratu adalah kesamaan ideologi. itu yang terpenting menurut saya.hehe

    Suka

  23. Saya mau tanya beberapa referensi buku yang berhubungan dengan cinta. Terutama cinta dalam disiplin ilmu filsafat. Opa saya sangat ingin mendalami tentang cinta sebelum beliau dipanggil Yang Maha Kuasa. Saya mau membantu beliau, maka dari itu saya mohon bantuannya. Terimakasih banyak

    Suka

  24. saya sangat salut dengan argumen bang reza dan bang joe yg telah mempublikasikan tentang bagaimana pemahaman anda terhadap cinta.saya hanya ingin menambahkan sedikit,berbicara soal cinta takkan ada habisnya,mengapa? karena masing2 individu memiliki pemahaman yg berbeda mengenai cinta,termasuk pemahaman saya,menurut saya cinta merupakan apa yg dinaungi oleh perasaan,dimana ada cinta disitulah ada rasa.tetapi rasa inilah yg membuat cinta itu terbagi karena cinta tdk hanya dalam satu bentuk,melainkan terdiri dari berbagai bentuk ( perasaan yg terbagi-bagi ).mengapa sy katakan terbagi bagi,karena cinta tidak akan mampu mencintai hanya dlm satu bentuk,karena pondasi cinta adalah rasa,mengapa rasa karena kita memiliki hasrat kemanusiaan,hasrat tersebut meliputi NAFSU BIRAHI,INGIN MEMILIKI,INGIN MENGETAHUI,DAN INGIN MENGUASAI.kesimpulanny,selamanya cinta akan terus terbagi,selama jiwa masih diliputi oleh rasa.

    Suka

  25. Reblogged this on aldira (alip, dio, wira) and commented:
    entah kenapa, ingin saja me-reblog tulisan ini, hehe. hari ini, ingin benar-benar me-refresh diri. membaca yang ringan-ringan, menjauhi penat, dan tulisan yang berat, idealis dan kaku. hari ini ingin menjadi manusia seutuhnya dulu.
    selamat memahami, selamat tersenyum 🙂

    Suka

  26. Sepertinya cukup sulit utk menata akal budi dan perasaan. Sering kali jika kita larut dgn perasaan Hal kecil bisa menjadi besar, hanya karna komunikasi yg tidak berjalan baik, tiba2 mengambil keputusan dari satu sisi saja tanpa bertanya lebih dulu. Contactnya dihapus, menghilang begitu saja.
    Iya gak sih? Karna menurut saya cinta (perasaan) dan akal budi itu hal yg dikotomi.

    Suka

  27. pikiran dan perasaan hanya ilusi. Jangan diikuti. Biarkan mereka datang, dan pergi. Jangan mengambil tindakan atas dasar keduanya. Komunikasi harus tetap berjalan, tidak berdasarkan perasaan atau akal budi, tetapi berdasarkan intuisi, yakni pengalaman langsung akan kenyataan sebelum segala bentuk pikiran muncul. Bagaimana menurut anda?

    Suka

  28. saya sungguh terkagum dgn tulisan anda: kajian filsafat (yg katanya ‘rumit’) namun mampu dibahasakan sec. sederhana. rupanya ini tuntutan bagi filsuf post-modern….hehe.
    .
    ttg cinta? Cinta adalah tema besar yg sungguh complicated. tp karena aspek complicated itulah org kemudian berusaha utk memahaminya sbg bekal dlm proses menuju kesempurnaan hidup.
    .
    Oleh karena itu, saya ingin juga berusaha utk memahaminya. Banyak org punya cara masing utk memahami Cinta. Dan saya memilih cara BERTANYA (tentu kpd anda) sbg salah satu usaha utk memahami cinta (tokh bertanya adalah ciri dasariah filsafat, bukan?). Ttg “cinta dlm perspektif filsafat”, menurut anda, bgm menjelaskan hubungan antara “cinta dan keteraturan hidup?” Mohon bantu menjelaskan. Terima kasih.

    Suka

  29. terima kasih atas messagenya. Ya, filsafat adalah alat buat saya untuk mengembangkan hidup pribadi dan bersama. Ia harus bisa dimengerti dengan mudah dan sekaligus mendalam. Cinta itu tidak sulit untuk dipahami. Itu adalah kondisi alami manusia. Singkirkan semua pikiran dan konsep, dan cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Jika anda tidak melekat pada pikiran dan konsep, maka cinta akan memberikan kedamaian yang mendalam yang bisa juga menciptakan keteraturan hidup.

    Disukai oleh 1 orang

  30. Saya kagum dengan tulisan bang Reza, tulisan yg mengeksplorasi tema besar yg sangat jarang di eksplorasi penulis2 filsafat, satu sisi demikian…tapi sisi lain sekaligus menumpahkan segala rasa yg perna dialami dlam prjalan hidup bang Reza, tulisan filsafat cinta yg basisnya pada curhat (pengalaman jalani hubungan cinta),saya hawatir klu bang Reza menggunakan teman Abang sebagai contoh dalam tulisan Fil.cinta di atas ternyata hanya kamuflase doang,sebenarnya adalah pengalaman abang sendiri,wah..bahaya juga yaa..hahaha..mntap, klu bisa Bang Reza eksplor lbih dalam soal Cinta,lalu dibukukan,saya yakin pasti laku(secara ekonomis/edukatif),karna sangat dibutuhkan anak muda skrg,26% pemuda dari jumlah pnduduk Indonesia..pokoknya harus terbit buku Fil.Cinta bang Reza,,

    Suka

  31. Salam kenal bang reza. Tulisannya membuka pikiran saya tentang cinta hehehe
    Saya mau tanya sesuatu nih bang, dalam suatu hubungan jarak jauh (LDR) faktor apa yang dapat membuat hubungan tersebut (LDR) dapat langgeng yah?
    Terima kasih sebelumnya bang

    Suka

  32. BELAJAR MENCINTAI TIDAK HARUS DENGAN PACARAN. SAYA SETUJU DENGAN BAPAK TAPI HAL YANG BANYAK MUDORAT DARI PADA MANFAAT ITU RUSAK. TOLONG BAHASA AJAKAN YG DI BAWAH DI TLITI LAGI !!!!!!!!!!! SALAM PAK

    Suka

  33. Memilih teman atau pacar adalah 2 hal yg berbeda.Kenapa karena predikatnya juga berbeda.Kalau sekiranya saya disuruh pilih salah satu dari 2 calon pacar yg berbeda maka saya akan pilih salah satu yang terbaik.Karena posisi nya jelas.Kalau disuruh pilih teman atau pacar maka saya akan pilih tidak kehilangan satupun dari mereka,karena posisi/predikatnya memang beda.Tergantung kita yang jalani saja sebaik mungkin tanpa membenturkan teman dan pacar kita.Kita harus pahami bahwa teman kita punya maksud baik agar kita tidak salah memilih pacar,akan tetapi disatu sisi pacar kita juga sudah jujur dan mengakui yang di sampaikan oleh teman kita dan komit akan berubah.Mengapa tidak kita jalani saja berteman dan berpacaran dengan melihat sisi positif dari mereka masing2 buat kehidupan kita.

    Suka

Tinggalkan Balasan ke doupafia

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.