Technorati Tags: filsafat,jalan hidup,kebijaksanaan

Oleh: REZA A.A WATTIMENA
Indonesia adalah bangsa yang penuh dengan masalah. Masalah sosial mulai dari korupsi, kedangkalan ruang publik, sampai ketidakpatuhan hukum merajalela. Warga negaranya juga ditimbun dengan masalah pribadi, mulai dari krisis ekonomi sampai krisis identitas. Segala upaya dicoba tanpa terasa hasilnya.
Ada yang lenyap dari semua analisis masalah, yakni cara memaknai kehidupan. Problematik bangsa terlalu rumit untuk diselesaikan dengan pendekatan satu dimensi. Akar masalahnya bukan ketiadaan uang. Bangsa kita punya banyak sekali harta yang bisa dimanfaatkan.
Akar masalahnya adalah cara berpikir, dan cara memaknai hidup. Masalah material di Indonesia, mulai dari kemiskinan sampai korupsi, bisa lenyap dengan mengubah persepsi warganya tentang hidup. Filsafat bisa memberikan sumbangan besar dalam hal ini.
Klarifikasi
Filsafat bukanlah sesuatu yang abstrak. Ini adalah pendapat yang salah. Filsafat berangkat dari pergulatan hidup manusia di dunia. Maka refleksinya terkait erat dengan darah dan usaha manusia nyata.
Filsafat juga bukan soal ateisme. Filsafat mengajak orang beriman untuk memahami imannya secara tepat dan mendalam. Untuk itu kedangkalan hidup beriman harus dibongkar. Filsafat bisa menjadi palu yang efektif untuk tujuan itu.
Dengan filsafat orang beriman bisa menjalankan imannya secara otentik. Dengan filsafat orang beragama akan menjadi terbuka dan bijaksana. Dengan filsafat orang beriman bisa menemukan Tuhannya sebagai simbol kasih dan persaudaraan. Dengan filsafat agama menjadi hidup dan relevan untuk memaknai kehidupan.
Filsafat tidak hadir untuk menyesatkan. Filsafat mengajak orang untuk berpikir secara mendalam tentang hidup mereka. Hasil dari filsafat adalah cara berpikir yang mendalam dan tepat tentang kehidupan. Filsafat mencerahkan orang melalui pikiran dan tindakan, apapun profesi yang digelutinya.
Filsafat juga bukan hanya milik orang Eropa. Filsafat adalah dorongan dasar manusia untuk memahami dunia secara rasional dan sistematik. Filsafat hadir di sanubari setiap orang tanpa kecuali. Filsafat membuat hidup menjadi menggairahkan, bagaikan petualangan intelektual yang membahagiakan.
Jalan Hidup
Filsafat tidak melulu soal bergelut dengan buku-buku sulit. Filsafat bisa menjadi jalan kehidupan yang membahagiakan. Filsafat dimulai dengan pertanyaan yang mendasar tentang kehidupan, lalu dilanjutkan dengan penggalian yang seru dan menegangkan. Jalan hidup filsafat adalah jalan hidup yang penuh dengan petualangan.
Dimulai dengan pertanyaan, dilanjutkan dengan penggalian, itulah kiranya cara hidup orang yang berfilsafat, apapun profesi resminya, bisa tukang sayur, tukang buah, manajer, direktur, guru, akuntan, dosen, atau apapun. Orang yang berfilsafat akan berpikir rasional. Ia tidak mudah percaya mistik, ataupun pendapat-pendapat umum yang menyesatkan dan menggelisahkan. Ia tidak terjebak pada gosip ataupun rumor yang berkeliaran.
Orang yang berfilsafat menyampaikan pemikirannya secara sistematis. Tulisan dan pembicaraannya mudah untuk dimengerti. Ia runtut dalam berpikir. Ia runtut di dalam membuat keputusan. Ia akan menjadi orang yang komunikatif dan terbuka. Ia akan menjadi pemimpin yang bijaksana.
Orang yang berfilsafat tidak pernah puas pada kedangkalan. Ia selalu mencari yang lebih dalam di balik segala sesuatu, apapun profesi hidupnya, entah itu manajer, akuntan, guru, tukang sayur, dan sebagainya. Ia akan menjadi seorang wirausahawan yang cemerlang. Ia akan menjadi manusia yang berkualitas.
Orang yang berfilsafat percaya akan proses. Mereka bertekun dalam hening dan kesulitan untuk mencapai hidup yang dewasa, apapun profesinya. Orang yang berfilsafat percaya, bahwa kebaikan adalah suatu proses yang lambat dan berliku. Di dalam proses tersebut, ia akan bahagia.
Beragam masalah di Indonesia tidak akan bisa selesai dengan pendekatan-pendekatan teknis, seperti pendekatan ekonomi teknis, pendekatan politik teknis, pendekatan teknologi teknis, ataupun pendekatan budaya teknis. Beragam masalah tersebut bisa selesai dengan sendirinya, jika setiap orang Indonesia mau berfilsafat, yakni menjadikan filsafat sebagai jalan hidup, apapun profesi sehari-hari mereka. Jalan hidup filsafat menawarkan pencerahan yang menggairahkan.
Apakah anda siap merengkuhnya? ***
Gambar dari http://moreintelligentlife.com/files/buskers2.jpg
Penulis
Reza A.A Wattimena
Pengajar Fakultas Filsafat Universitas Widya Mandala, Surabaya
Ini bagus banget, dan ini yang harus dipahami oleh sekolah dan kampus-kampus.
SukaSuka
ya,.. ini yang aku coba hayati dan tularkan ke mahasiswa… butuh medium lebih besar untuk mengkomunikasikannya ke tempat lain…
SukaSuka
small things can make big differences…
SukaSuka
hope so… 🙂
SukaSuka
Jaman sekarang adalah jaman ikut-ikutan, kalaupun berbeda pendapat walaupun sudah di jelaskan secara ilmiah bahwa pendapatnya benar, jangan terlalu berharap semua akan mendukung, adanya anda malah di cari-cari kesalahannya termasuk hal yang sebenarnya sudah di luar topik, berfilsafat di Indonesia masih banyak dianggap buang-buang waktu dan kurang kerjaan, tidak heran Indonesia makin terpuruk.
SukaSuka
Yah. Itu memang kenyataan Indonesia. Tapi kelompok progresif perlahan tapi pasti mulai bertumbuh. Mereka mencintai filsafat dan kedalaman berpikir. Saya menaruh harapan besar pada gerakan ini. Saya yakin kita pasti berubah.
SukaSuka
Filsafat akan makin dicintai ketika penerapannnya dalam pendidikan dan ekonomi bertumbuh mengembangkan, bukan memperbudak……itulah spirit masyrakat progresif. Sebaliknya, kalau filsafat digunakan untuk menjustifikasi hegemoni ekstrem pandangan dan ideologi dalam pendidikan dan ekonomi, itulah bencana konservatisme. Itu akan membuat filsafat tidak dicintai : )
SukaSuka
Konservatisme sering menggunakan berbagai cara untuk melestarikan dirinya sendiri. Filsafat adalah framing yang kuat untuk membenarkan praktek-praktek konservatisme di dalam politik, agama, ataupun ekonomi. Ini memang bahaya besar di dalam filsafat, ketika ia kehilangan nuansa kritisnya, dan semata menjadi pembenaran-pembenaran bagi kekuasaan.
SukaSuka
Di Indonesia orang-orang banyak yang lebih memilih kekuasaan daripada harus mempunyai idealisme berdasarkan filsafat, karena paradigma yang sudah terbentuk dari tradisi sejak lama di Indonesia dan tradisi kekuasaan memang berpotensi dapat meraup sisi keuntungan finansial yang menarik. Untuk mendobrak semua itu kuncinya ada di media internet, makin lama dunia internet akan semakin banyak penggunanya, para penggunanya juga makin lama juga banyak yang makin kritis, walaupun tidak dipungkiri juga banyak yang makin tambah goblok, tapi secara kuantitas saya yakin orang kritis akan semakin banyak.
SukaSuka
hehehehe…..setuju, dan Indonesia adalah contoh tentang itu 🙂
Arti konservatisme kan memang ‘melestarikan’ hehehehehe…….
Ada seorang kawan yang sedang field work-nya tentang agama Konghucu di Indonesia, dan dia punya cerita menarik seputar ini. Ntar kita undang dia diskusi, gimana?
SukaSuka
ya. Saya setuju.
SukaSuka
Reblogged this on Agung Pramudyanto.
SukaSuka
senang dengan tulisan ini, tolong di coba dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan
SukaSuka
terima kasih. Salam.
SukaSuka